Budaya
baru tengah terbentuk di era digital. Manusia tak lepas dari
smartphone. Belanja pulsa jadi kebutuhan pokok. Gesek-gesek gadget
jadi aktivitas harian. Obrolan pindah ke dalam genggaman. Gadget
telah menjadi alat perekat, sekaligus perenggang. Menjadi sahabat
karib, sekaligus musuh bagi keluarga modern.
Dianggap
sahabat, karena begitu dekat dan mendekatkan yang jauh. Dianggap
musuh, karena menjauhkan yang dekat, mengganggu interaksi dalam dunia
nyata. Ancaman itu terutama adalah menggerus family time dalam rumah
tangga. Maka muncul berbagai gerakan untuk mengambalikan family time
tanpa gangguan gadget. Ini perlu didukung. Seperti berikut ini:
1.
Gerakan 1821
Setiap
hari, pukul 18.00-21.00 WIB, tinggalkan gadget dan alat elektronik
lainnya. Seluruh penghuni rumah tidak boleh main hape. Jangan
menyalakan televisi atau laptop. Waktunya untuk berkumpul dengan
keluarga. Waktu-waktu ini juga mustajab untuk berdoa dan mengaji.
Mengobrol dan bercengkerama dengan seluruh anggota keluarga. Intinya,
mengharmoniskan keluarga dengan interaksi intensif tanpa gangguan
perangkat elektronik.
2.
Romantic Hour, Satu Jam di Malam Hari Tanpa Gadget
Setelah
sibuk seharian pasangan suami istri membutuhkan momen untuk bicara
berdua bertatap muka. Malam hari adalah waktu terbaik untuk membangun
kebersamaan bersama pasangan, ditemani penganan ringan dan teh
hangat.
Itulah
gerakan yang dipelopori salah satu brand teh ternama, SariWangi 2012
lalu. Ia mengajak pasangan suami istri untuk mengikuti gerakan
Romantic Hour. Waktunya, pukul 19.00-20.00. Tujuannya, mendorong
pasangan suami istri berkomitmen menyediakan waktu selama satu jam
untuk mematikan gadget dan menciptakan suasana romantis serta
komunikasi yang berkualitas.
3.
10 Menit Tanpa Gadget
Di
Facebook, ada juga fanspage yang mengajak 10 menit tanpa gadget.
Tampaknya waktu 10 menit masih sangat kurang untuk sejenak
meninggalkan gadget. Tapi minimal ini mengingatkan manusia, agar
tidak kecanduan gadget seharian penuh.
4.
Lawan #LGBT dengan #LGBT
Loh
kok? Ya, ini juga sebuah gerakan yang mengajak orangtua untuk
“Letakkan Gadgetmu Bacakan Tjerita”, salah satunya untuk melawan
gerakan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) yang sedang
maraknya-maraknya. Kaum Sodom saat ini sedang beranjak dari gerakan
bawah tanah menjadi badan legal.
Untuk
itu, gerakan #LGBT versi “Tjerita” ini mengajak orangtua,
khususnya para ayah, untuk meluangkan waktu membacakan kisah-kisah
yang dapat menginspirasi anak-anak. Agar mereka memiliki figur idola
yang benar dalam kehidupan mereka. Agar anak terbentuk karakternya
menjadi lelaki hakiki dari ayahnya. Juga, menjadi wanita terbaik
dari teladan yang sikisahkan berulang-ulang. Sehingga, tidak
terjerumus dalam LGBT.
Nah,
para ayah, abi, abah, sudah tiba waktunya kita revolusi mental dan
lakukan LGBT (Letakan Gadgetmu Bacakan Tjerita), untuk menghempaskan
vampire #LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, Trangender).
5.
Sehari Tanpa Gadget
Di
forum obrolan terbesar di Indonesia Kaskus, juga pernah ada gerakan
sehari tanpa gadget. Rupanya ini terlalu ekstrim, sehingga gaungnya
tidak terlalu bergema. Kurang berhasil. Ya, hari gini mana ada yang
berani sehari tanpa gagdet? Tapi ini menjadi peringatan, bila dulu
kita pernah hidup di masa tanpa alat elektronik, tanpa smarphone,
tablet, televisi, mengapa tidak kita coba?
Rasulullah
SAW pun dahulu tidak hidup dalam dunia digital. Maka kita bisa
mencontoh family time beliau.
Salah satunya, beliau selalu berkumpul dengan keluarganya usai salat
isya. Bercengkerama dengan istri-istrinya, sebelum beranjak istirahat
malam.
Jadi,
semodern-modern-nya manusia, sebenarnya kita tidak butuh-butuh banget
alat elektronik untuk membangun keharmonisan keluarga. Alat
elektronik itu hanya untuk perangkat kerja, bersosialisasi dan
eksistensi diri. Maka, bijaksanalah memanfaatkannya.(kholda)
* Rubrik Keluarga Media Umat Edisi 168
No comments:
Post a Comment