Oleh Asri Supatmiati
Kamu
pakai smartphone? Ya, kamu! Rata-rata remaja usia kamu kan udah pada
pegang gadget canggih itu. Kalau nggak Android, pasti BlackBerry.
Tapi yang nggak make jangan berkecil hati yah, justru kalian selamat
dari fitnah yang satu ini: TTM alias teman tapi maya.
Yup,
sekarang ini remaja seolah-oleh berlomba banyak-banyakan teman.
Bangga deh kalo nomor kontaknya ratusan atau ribuan. Jadinya
jor-joran jumlah nomor kontak di hape. Lalu sibuk berlama-lama
chatting dengan nama.
Godaan
buat berteman dengan orang-orang yang sama sekali nggak kita kenal
pun makin merajalela. Bayangin aja, hanya duduk manis di rumah atau
di angkot, bisa tergenggam puluhan atau ratusan teman. Selain melalui
media sosial, juga lewat smarthphone tadi.
Contohnya,
marak broadcast atau pesan model kayak gini: “Dimas, goodboy,
kece, lucu, tmn lama, 52B785*8 gk invite rugi Guys.” Atau semacam
bunyi 'iklan' gini: “Rohmatul, cantik, putih loh, kayak Masha,
rambutnya awaw, 74B868*D, classmate, baik, #last yaa”. Ada juga
yang pake bahasa promosi macam ini: “Mita, adekku, cantik, baik,
unyu-unyu dah, 53A024*4 last terakhir.”
Maksud
pesan itu, biar pada nge-add, nambah kontak di BBM. Nambah temen.
Nambah kenalan. Di akun Twitter, model nyari temen kayak gitu juga
ada. Misal di @kontak*** (sengaja dibintangi biar gak kamu tengok ya,
bahaya!) ada pengantarnya kayak gini: “Kontak BBM kamu sepi, nambah
teman chat BBM susah, cukup nih Follow @Kontak*** temukan banyak
teman di sana cowo/cewe cakep ada disini:) #SharePin.”
Jadi,
akun itu dijabani orang-orang yang nyari temen dengan kalimat iklan
mirip di atas. Tentunya disertai foto-foto diri yang paling kece.
Nah, yang tergoda, udah pasti bakalan nge-add dan akhirnya chatting
dah. Bahkan, kalau lanjut, bisa kopi darat. Trus apa bahayanya?
Profil Teman
Berteman, bergaul, itu
boleh-boleh saja kawan. Bagus memang. Katanya manusia itu kan makhluk
sosial, jadi nggak mungkin hidup sorangan. Musti punya jaringan.
Masalahnya, siapa yang kita ajak berteman? Siapa yang kita ajak
chatingan? Penting nggak? Manfaat nggak? Itu kudu dijawab dulu dengan
benar.
Saat ini, di dunia
nyata, kita udah punya banyak teman. Di sekolah misalnya. Ada yang
sekadar kenal nama, ada yang teman biasa dan ada juga sahabat karib.
Mungkin tiap hari ketemu. Saling sapa, bercengkerama dan
berinteraksi. Itu saja, kita nggak kenal-kenal banget dengan karakter
seluruh teman offline kita. Kita kerap nggak sreg dengan
beberapa di antaranya. Makanya terjadilah gesekan.
Lagipula, tak semua
teman di dunia nyata membawa maslahat. Ada yang malah menjerumuskan
ke hal-hal yang nggak bermanfaat. Bahkan, ngajak melakukan hal-hal
yang nyerempet-nyerempet maksiat. Kalau kita nggak punya benteng
iman, bisa-bisa terjerembab.
Misal, ada yang ngajak
ngobrol duaan, padahal lawan jenis. Ada yang ngajak ngeceng, padahal
waktunya ngaji. Ada yang nawarin boncengan, padahal bukan murim. Mau
nolak nggak enak. Nah, kalo segala keinginan teman model gini
dituruti, berabe kan. Bisa-bisa kredit dosa nih.
Terlebih lagi
teman-teman maya yang kita kumpulin melalui boradcast atau media
sosial tadi. Secara fisik, kita nggak pernah ketemu. Bahwa dia baik,
lucu, unyu atau rugi kalau nggak kenalan, itu kan cuma klaim. Bahasa
iklan. Siapa yang bisa jamin?
Namanya aja, kita nggak
tahu pasti, apakah itu asli atau palsu. Foto yang dia pajang, juga
belum tentu gambar aslinya. Kece, cakep, cantik, putih, itu juga bisa
dibikin. Banyak aplikasi modifikasi foto, kan? Jadi, jangan ketipu.
Lebih-lebih agamanya,
perangainya, perilakunya, akhlaknya, mana kita tahu? Bagaimana
karakternya? Apa dia beneran cowok atau cewek baik-baik? Apa bener
dia orangnya asyik? Mungkin memang, selama chatting dia menunjukkan
karakter yang tampaknya baik-baik saja. Bahkan, dari chattingan itu
tak sedikit cewek atau cowok kecantol, simpati dan jatuh hati.
Padahal, chatting itu
kan setingan. Bisa aja dia bikin kalimat-kalimat indah, lemah lembut,
menyentuh, inspiratif dan sederet kalimat memikat lainnya. Karena,
sebelum chatting mikir dulu. Atau cukup copypaste. Tertipu deh!
So, D'Riser, berteman
kudu selektif. Musti kenal betul profil teman kita. Dan itu hanya
mungkin jika kenalan di dunia nyata.
Cuma Semu
Dalam sebuah hadits,
Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang tergantung agama teman
dekatnya, maka hendaknya kalian memerhatikan siapakah teman
dekatnya.” Hadits ini diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah
melalui dua jalur periwayatan, oleh Al-Imam Ahmad, Abu Dawud,
At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ath-Thayalisi, Al-Qudha’i (dalam Al-Musnad
No 187).
Nasihat itu benar
adanya. Jangan asal nambah koleksi teman, padahal cuma semu.
Teman-teman maya yang kita kenal itu hanya menambah daftar panjang
kegiatan buang-buang waktu kita. Iyalah, palingan cuma chatting
iseng-iseng. Ngobrol ngalor-ngidul ngomongin hal-hal yang sifatnya
mubah, atau bahkan yang nggak berguna. Apalagi buat cewek,
jangan-jangan malah jadi ajang ngegosip.
Bagaimana kalau
temennya muslim? Bahkan aktivis dakwah misalnya. Hm, silakan aja.
Yang penting prinsip berteman adalah membawa pada kebaikan. Banyak
teman, banyak mendapat inspirasi kebaikan. Banyak yang mengingatkan
untuk makin dekat dengan Allah SWT.
Masalahnya, kamu yakin
kalau segudang teman bakal makin membuatmu dekat sama Allah SWT?
Bukan malah sebaliknya, lebih mendekatkan dirimu pada hapemu semata?
Sibuk main hape seharian sampai lupa daratan.
Lagian, buat apa juga
berlomba-lomba banyak teman? Emang sih, ada pepatah seribu teman
masih kurang, satu musuh terlalu banyak. Tapi, bukan teman-teman maya
yang kamu butuhkan. Cari teman sejati. Teman tapi nyata.
Teman satu perjalanan
di jalur kebenaran. Tempat bersandar dalam suka dan duka. Yang bisa
menguatkanmu saat kau lemah. Yang mengajak ke jalan takwa saat kau
futur. Bukan teman yang mencuri habis waktumu hingga menjauhkan
dari-Nya. Yang cuma sok jaim di dunia maya.
So, nggak usah tergoda
add ini-itu. Nggak usah banggakan banyaknya nomor kontak di
hapemu. Itu cuma semu, kawan!(*)
* Tayang di D'Rise
edisi April 2015...cekidot!
|
Foto: www.facebook-friends.com. | |