Lukisan
Alam di Bromo
Melihat
matahari terbit setiap hari di sekitar rumah kita, pastinya terasa
biasa. Tapi kalau melihat sunrise di kawasan Gunung Bromo, bak
menyaksikan lukisan alam dalam imajinasi. Itulah yang menambah
kekaguman saya pada Sang Pencipta.
Merasa kecil di kawasan Gunung Bromo. |
Bromo
terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Memiliki keunikan
lautan pasir seluas 5.250 hektar di ketinggian 2.392 mdpl. Namanya
kawasan gunung, tentu saja dingin. Menurut informasi, suhu di sana
berkisar antara 3-20 derajat Celcius. Tapi bisa beberapa derajat di
bawah nol saat musim kemarau.
Bromo
bisa diakses dari Malang, Pasuruan atau Probolinggo. Saya menempuhnya
dari Probolinggo menuju Tongas, Sukapura, Ngadisari, Cemorolawang dan
tiba di Gunung Bromo, 19 Maret 2013 lalu. Lama perjalanan dari Probolinggo sekitar dua
jam. Anda bisa juga melalui Pasuruan, dengan langsung ke
Purwodadi-Wonokitri-Gn Bromo. Waktu tempuhnya kurang lebih 2,5 jam.
Ada
empat titik lokasi wisata yang saya tuju. Puncak Pananjakan, yakni
tepat di atas bukit seberang Gunung Bromo. Di sini pengunjung bisa
menyaksikan matahari terbit dengan panorama Gunung Bromo dan
sekitarnya yang sangat indah.
Dari
Puncak Pananjakan, perjalanan berlanjut ke titik ke dua, yakni
mendekat ke kawah Gunung Bromo itu sendiri. Lalu ke Padang Savana dan
Pasir Berbisik. Menuju keempat lokasi itu harus dimulai sejak pukul
03:00 dini hari. Karena itu, setiba di Hotel Sion di kawasan Bromo
sekitar pukul 9 malam, saya langsung istirahat.
Nah,
untuk menuju ke empat titik tersebut, rombongan menyewa mobil jip
(hartop). Tepat pukul 03:00 saya sudah siap-siap menuju ke pendakian.
Dua lapis jaket, syal, topi rajut, sarung tangan dan kaos kaki tebal
membalut tubuh. Khawatir dinginnya Gunung Bromo akan menggigil.
Padahal setelah sampai di Puncak Pananjakan, biasa saja. Rupanya saya
amnesia kalau pernah dibesarkan di kawasan gunung, tepatnya lereng
Gunung Lawu hehe...
Satu
hartop muat 5-6 orang. Menurut sang sopir, biaya sewa jip ini sekitar
Rp350-400 ribuan. ¨Biasanya itu hanya sampai jam 9 pagi,¨ katanya.
Dari tempat parkir jip, harus berjalan kaki menaiki tangga sekitar
15-30 menit, tergantung seberapa jauh kita mendapat lokasi parkir jip
dari anak tangga yang harus didaki. Di sekitar anak tangga ini, ada
beberapa warung pedagang souvenir dan makanan-minuman penghangat
badan.
Sampai
di puncak pendakian, ternyata sudah ratusan orang duduk manis atau
berdiri mencari posisi terbaik. Di tengah gelapnya malam, saya agak
sulit mendapatkan tempat nyaman untuk menikmati sunrise
sekaligus mengabadikan keindahannya. Sebab, semua orang berharap
sama.
Akhirnya
saya memilih berdiri dekat bangunan semacam pendopo terbuka tempat
salat subuh. Di sini tidak terlalu sesak, entah kalau menjelang pagi
dengan arus pengunjung yang masih terus mengalir.
Dari
puncak tersebut, Anda akan disuguhi pemandangan yang luar biasa. Awan
putih menyelimuti sekitar gunung bak kapas melayang diterpa cahaya
jingga. Benar-benar lukisan Sang Maha Kuasa. . Rasa lelah setelah
berjalan kaki mendaki pun hilang seketika dengan pemandangan lautan
pasir di depan dan awan yang serasa ada di bawah mata. Sesekali Anda
pun bisa merasakan menyentuh awan yang terasa dingin ketika
digenggam.
Dan
ketika matahari mulai memunculkan diri, matapun serasa tidak mau
dikedipkan melihat sebuah bola besar perlahan muncul naik dengan
warna keemasannya. Langit sekitar pun mulai berubah warna menjadi
oranye. Pantulan sinar di lautan pasir pun menambah keindahan
pemandangan. Tepukan gemuruh para pendaki seolah mewakili rasa takjub
kami.(*)
Sampai
Mati Gaya
Mengabadikan
keindahan Bromo memang tak ada habisnya. Bagi penyuka fotografi atau
berpose diri, dijamin tak akan kehabisan spot-spot indah untuk
berfoto. Ya, setelah puas mendaki, kami turun untuk mendekati kawah
Gunung Bromo.
Setelah
jip sukses melewati lautan pasir yang siap menyergap roda-roda
kendaraan, kami harus berjalan kaki atau menyewa kuda untuk menuju
puncak Bromo. Tapi pasti pegal kalau jalan kaki, karena jarak lokasi
parkir jip dengan puncak Bromo sekitar 2 km. Belum lagi energi yang
dibutuhkan untuk menaiki ratusan anak tangga menuju kawah.
Dengan
kondisi jalan berpasir, lebih cepat ditempuh dengan naik kuda.
Tarifnya Rp100-125 ribu untuk pulang-pergi. Anda tinggal memanggil
nama kudanya jika hendak kembali dari atas kawah. Kuda di sini ada
bosnya. Para joki seperti halnya sopir jip, hanya pekerja yang harus
setor kepada majikannya. Mungkin majikannya bule, nama kudanya ada
yang Michael, Bella atau John. Tapi ada pula yang bernama lokal
seperti Yoga atau Mancung.
Ini
pengalaman cukup menegangkan, mengingat sudah lama sejak usia SD
barangkali, saya belum pernah naik kuda lagi. Untung si joki memberi
tips menaiki kuda agar tubuh tetap seimbang, yakni badan ditarik
tegap ke belakang sedangkan kedua kaki dijejakkan ke depan.
Saat
berkuda itu, saya malah membayangkan naik unta di padang pasir. Wah,
begini zaman Nabi dulu saat belum ada kendaraan kali ya...harus
berpanas-panas di pasir berdebu. Alhamdulillah, sampai juga di
Puncak. Pemandangan dari sini tak kalah memukau. Kita akan melihat
lubang kawah Bromo yang terus menyemburkan asap berbau belerang.
Juga, melihat dari dekat gunung-gunung di sekitarnya yang tadi kita
lihat dari kejauhan di Puncak Pananjakan.
Dari
sini, rombongan menuju Padang Savana. Sisi ain dari Gunung Bromo
dengan padang rumputnya yang menghampar bak savana. Mirip di Texas,
begitu kata seorang teman. Setelah puas berfoto-foto, perjalanan
berlanjut ke Pasir Berbisik. Disebut demikian karena bagian lain
Gunung Bromo ini merupakan hamparan pasir yang membentuk tekstur
alami yang sangat indah, tempat syuting film Pasir Berbisik.
Apa
yang bisa dilakukan di sini? Apalagi kalau bukan pose dan pose lagi.
Melompat, berdiri, duduk, bahkan berbaring. ¨Duh, gaya apalagi ya,¨
kata seorang teman yang minta difotokan. Ya, di titik terakhir ini
kami puas-puasin berfoto sampai mati gaya.(ami)
Penasaran Universal Studio
Tujuan
wisata Singapura sebenarnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan
kekayaan wisata Indonesia yang melimpah ruah. Tapi, siapa pun pasti
penasaran untuk menginjakkan kaki di negeri Singa ini. Termasuk saya yang ke sana September 2012 lalu.
Di depan pintu masuk menuju Universal Studio yang ikonik. |
Tempat
ini buka pukul 10:00-19:00 malam. Butuh seharian penuh untuk mencoba
semua wahana. Bahkan bisa jadi tidak cukup waktu jika pengunjung
banyak, semisal weekend.
Maklum, antrean untuk mencoba wahana cukup panjang. Mirip di Dufan
Ancol atau TransStudio. Apalagi, ini pengunjungnya dari berbagai
negara dan biasanya rombongan besar. Jadi tak pernah sepi.
Nah,
di antara berbagai wahana, paling recomended
Transformers The Ride 3D. Wahana ini termasuk favorit pengunjung.
Saya pun mencobanya. Beruntung datang masih pagi, jadi tidak antre.
Ternyata memang benar-benar seru. Kita seolah naik mobil berkecepatan
tinggi, harus menghindar dari pukulan robot-robot raksasa yang sedang
bergumul. Semuanya merupakan efek laser berteknologi tinggi.
Setelah
puas mengelilingi Universal Studio, menjelang sore saya dan rombongan
menuju Marina Bay. Di sini hanya berfoto-foto saja dengan latar
belakang Hotel Marina. Hotel kembar dengan kolam renang di atap
gedung yang memanjang landai dan menghubungkan dua gedung itu.
Tak
lupa ikon Singapura, Merlion si singa putih. Waktu ke sana patung
yang besar sedang direnovasi. Yang ada hanya patung kecil yang dari
mulutnya menyembur air mancur itu. Rupanya, pengunjung yang berfoto
bergaya dengan mengarahkan mulutnya seolah-olah menadah kucuran air
dari patung itu.
Tak
sampai satu jam, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Rumah Makan
Desa Kartika untuk makan malam. Lokasinya ada di dalam kompleks mal
kelas atas, yakni The Heeren, Orchard Road, Singapura.
Jangan
bayangkan kami mencicipi kuliner khas Singapura, karena rumah makan
ini milik warga Indonesia. Jadi, menunya nusantara. Sangat tidak
asing dan pas di lidah. Ikan asin, tahu-telur dan sayur asamnya,
benar-benar membuat rombongan makan dengan lahap. Maklum, banyak juga
yang siang tadi tidak makan di Universal Studio. Saya sendiri makan
lasagna di Universal Studio yang harus ditebus seharga 11 Dolar
Singapura (1 Dolar Singapura=7.600 rupiah). Tapi ya itu tadi, rasanya
tidak senikmat makan malam ini.(ami)
Window
Shopping
Ke
Singapura tentu tak ketinggalan wisata belanja. Kami berjalan-jalan
di mal-mal yang bertebaran di Orchad Road. Inilah pusat perbelanjaan
terbesar Singapura yang menjadi tujuan wisata belanja para wisatawan.
Jalannya
lebar-lebar, malnya besar-besar dan banyak. Tinggal pilih mau belanja
di mana. Bagi penggila belanja dan tentunya berkantong tebal, memang
ini surganya. Produk branded bertebaran di mana-mana. Jika beruntung,
bisa mendapatkan produk bermerek terkenal harga kaki lima.
Saya
pun sempat menebus selembar T-Shirt di Metro hanya 3 Dolar Singapura
alias tak sampai Rp30 ribuan. Metro yang sebenarnya di Jakarta juga
ada. Ya, tak sedikit tenannya sama saja dengan yang ada di mal-mal
elit di Indonesia seperti di Mal Kelapa Gading, Taman Anggrek atau
Senayan City.
Nah,
di sepanjang Orchad Road ini, makin malam, suasana makin ramai.
Banyak atraksi dipertunjukkan seniman jalanan. Karena saya tak
bernafsu belanja, pukul 9 pun kembali ke hotel. Maksudnya mau
istrirahat dulu mengisi tenaga, karena esok masih akan diajak wisata
belanja.
Tiba
esok hari, kami kembali menyusuri pusat perbelanjaan. Mula-mula ke
Chocolate, membeli oleh-oleh serba cokelat. Lalu ke Mustafa Centre,
mal yang dimiliki pengusaha India dan terkenal murah. Perjalanan
berakhir di Bugis, semacam Tanah Abangnya Singapura. Di sini
souvernir dijual tiga buah seharga 1 Dolar Singapura atau kira-kira
satu souvenir seharga Rp25 ribuan. Yang menarik, pernak-pernik
souvenirnya sangat beragam untuk memanjakan turis.
Begitulah,
kalau ke Singapura memang lebih dominan wisata belanjanya. Kalau
saya, lebih tepatnya cuma window
shopping.
Sebab cuma beli souvenir untuk oleh-oleh saja. Maklum, saya merasa
bukan shoppaholic,
apalagi
berkantong tebal hehe...(ami)
Objek wisata yang pernah saya kunjungi:
JAKARTA:
Monumen Nasional
Taman Mini Indonesia Indah
Dunia Fantasi Jaya Ancol
Kebun Binatang Ragunan
Pantara Island, Kepulauan Seribu 22-23 November 2014
BANDUNG:
Trans Studio
Sari Ater
Gunung Tangkuban Parahu
BOGOR
Kebun Raya Bogor
Taman Safari Indonesia
Kampoeng Wisata Cinangneng
Curug Cilember
Curug Luhur
Tirta Sanita
Kebun Teh Gunung Mas
Wisata Tas Sumber Karya Indah
Cibalung Happy Land
Curug Bidadari, Sentul Paradise
Ah Poong, Sentul
Curug Cigamea
SURABAYA
Kebun Binatang Surabaya
Pantai Ria Kenjeran
BALI
Pantai Kuta
Pantai Nusa Dua
Tanah Lot
Danau Bedugul
YOGYAKARTA & JATENG
Pantai Parangtritis
Monumen Yogya Kembali
Borobudur (duluu...pas masih SMP)
Prambanan (duluu...pas masih SMP)
Grojogan Sewu, Karanganyar, Solo
SUKABUMI
Pantai Palabuhan Ratu
Pondok Halimun
LAIN-LAIN:
Universal Studio Singapura
Restoran yang pernah kukunjungi (sebagian karena liputan acara):
JAKARTA:
Monumen Nasional
Taman Mini Indonesia Indah
Dunia Fantasi Jaya Ancol
Kebun Binatang Ragunan
Pantara Island, Kepulauan Seribu 22-23 November 2014
BANDUNG:
Trans Studio
Sari Ater
Gunung Tangkuban Parahu
BOGOR
Kebun Raya Bogor
Taman Safari Indonesia
Kampoeng Wisata Cinangneng
Curug Cilember
Curug Luhur
Tirta Sanita
Kebun Teh Gunung Mas
Wisata Tas Sumber Karya Indah
Cibalung Happy Land
Curug Bidadari, Sentul Paradise
Ah Poong, Sentul
Curug Cigamea
SURABAYA
Kebun Binatang Surabaya
Pantai Ria Kenjeran
BALI
Pantai Kuta
Pantai Nusa Dua
Tanah Lot
Danau Bedugul
YOGYAKARTA & JATENG
Pantai Parangtritis
Monumen Yogya Kembali
Borobudur (duluu...pas masih SMP)
Prambanan (duluu...pas masih SMP)
Grojogan Sewu, Karanganyar, Solo
SUKABUMI
Pantai Palabuhan Ratu
Pondok Halimun
LAIN-LAIN:
Universal Studio Singapura
Restoran yang pernah kukunjungi (sebagian karena liputan acara):
Garuda Wisnu Kencana, Bali
Bebek Bengil, Bali
Marche, Jalan Rasuna Said, Kuningan Jakarta
Indochine, FX'enter Senayan
The Only One, FX'enter Senayan
Hard Rock, X Plaza
MU Cafe, Sarinah, Jalan H Thamrin
Restoran Kembang Gula, Jakarta
Budha Bar, Menteng, Jakarta
Planet Hollywood, Jalan Gatot Subroto, Jakarta
Dapur Sunda, Mal of Indonesia
Restoran Pulau Dua, Senayan
Restoran Hotel Dharmawangsa
The Only One FX Plaza Senayan
City Plaza, Gatot Subroto.
Blibiotheque, Sampoerna Strategic, Jakarta
Stone Cafe, Bandung
Stone Cafe, Bandung
Larisa, Bogor
Saung Galah, Bogor
Saung Galah, Bogor
Gurih 7, Bogor
Saung Kuring, Bogor
D'leueut, Bogor
Cico, Cimahpar, Bogor
Bukit Gumati, Batutulis, Bogor
Lokasi lain yang pernah dikunjungi:
Karno's Film, Cibubur (studio milik Rano Karno)
Rumah Maroko, Jakarta (tempat syuting Ayat-ayat Cinta)
Jembatan Suramadu
Jembatan Suramadu
Pernah Nginap di Hotel:
Kartika Discovery Hotel, Nusa Dua Bali, 24 Agustus 2006
Sheraton, Yogyakarta
Sheraton, Bandung
Sheraton, Bandung
Takashimaya, Lembang, Bandung, 14-15 Januari 2011
D'Batoe, Bandung
Novotel, Batam, 7-8 September 2012
Ibis Benecoal, Singapura, 8-9 September 2012
D'Batoe, Bandung
Novotel, Batam, 7-8 September 2012
Ibis Benecoal, Singapura, 8-9 September 2012
Negara yang sudah dikunjungi:
Singapura 8-9 September 2012
Ikon Welcome to Batam dipotret dari lantai 16 Telkomsel Tower di Batam. Foto by Asri |
No comments:
Post a Comment