Menanamkan Jiwa Kepemimpin pada Anak



foto: panjimas.com
Saat ini kita umat mengalami krisis kepemimpinan. Tidak ada teladan pemimpin yang membuat umat kehilangan tujuan. Bagaimana 10, 20 atau 30 tahun mendatang? Mungkin akan lebih buruk jika zpara perempuan yang menjadi pelahir generasi tidak segera dibenahi. Mengapa kaum perempuannya? Sebab merekalah yang menjadi tangan pertama dan utama dalam pendidikan generasi.

Nah, jika melihat sepak terjang para remaja perempuan masa kini, sungguh prihatin. Tidak banyak yang benar-benar serius mempersiapkan diri agar kelak menjadi perempuan tangguh, cerdas, berjiwa pemimpin, dan terpenting berjiwa qurani.

Remaja-remaja perempuan masa kini lebih banyak sibuk memikirkan fashion, berat badan, dandanan dan pernak-perniknya. Tak terkecuali di kalangan mahasiswi. Banyak yang terjebak dalam gaya hidup hedonis. Mahasiswi hanya menjadi status sosial yang membanggakan diri dan keluarganya. Namun tidak dibarengi dengan kemampuan mumpuni sebagai calon generasi penerus bangsa.

Terlebih sebagai calon pelahir generasi. Padahal di tangan merekalah generasi-generasi akan terlahir demi meneruskan cita-cita bangsa. Jika hari ini para calon pendidik putra-putri bangsa itu hanya menjadi remaja labil, bergaya hidup hedonis, dan bahkan krisis moral, bagaimana nasib generasi mendatang?

Maka itu, mereka harus dibenahi dari sekarang. Lakukan perubahan. Bina anak-anak remaja kita, sekalipun dia perempuan, untuk memiliki jiwa kepemimpinan. Supaya merekapun kelak bisa mendidik dan melahirkan pemimpin. Tanamkan hal-hal berikut agar anak memiliki jiwa kepemimpinan:

1. Berani mengambil keputusan.

Didik anak agar memiliki kematangan berpikir sehingga berani mengambil keputusan. Memiliki prinsip hidup dan pendirian yang mantap. Tidak mudah terpengaruh. Berani mengambil risiko. Caranya, seringlah ajak diskusi dan mintai pendapat. Jangan biarkan dia mengatakan “terserah”, tapi desak agar menentukan satu pilihan.

2. Mengemban dakwah

Anak harus paham tugasnya sebagai hamba Allah SWT yang wajib amar ma’ruf dan nahi munkar. Artinya ia disadarkan sebagai seorang pengemban dakwah (QS: Ali Imran 3: 110). Penerus tugas orangtua dan juga kewajibannya sebagai seorang individu yang sudah baligh. Menjadi pengemban dakwah otomatis menjadi pemimpin di tengah-tengah umat. Anak harus diajarkan berani menyampaikan kebenaran. Anak biasa memberi nasihat temannya, saudaranya atau yang terdekat pada adik-adiknya.

3. Memiliki pengaruh di lingkungannya

Seorang berjiwa pemimpin bisa mempengaruhi sekitarnya, dan bukan sebaliknya. Ia biasanya menjadi magnet dan teladan bagi sekitarnya. Ia bisa mengatur teman-temannya. Suka terjun di dalam kepanitiaan atau keorganisasian. Nah, arahkan anak-anak ke sana.

4. Mengajarkan sikap kritis

Ajarkan anak peka terhadap fenomena sekitarnya. Baik terkait fakta yang berkembang, informasi yang ia dengar, berita-berita yang beredar dan isu yang menjadi perbincangan. Biasakan mendiskusikan bersama agar mereka terasah pola pikirnya. Tanyakan apa komentarnya agar mereka kritis menyikapi segala hal dengan cara berpikir yang benar. Mereka akan menjadi intelektual yang berpikir politis dan kritis.

Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, anak-anak perempuan pun akan lahir menjadi sosok intelektual tangguh. Kelak ketika mereka menjadi ibu, akan menjadi pendidik yang pintar dan mampu membuat anggota keluarganya cerdas dan saleh.(kholda)

No comments: