Ibu-ibu,
bagaimana silaturahminya dengan mertua? Masih terpelihara dengan
baik, bukan? Ya, setelah bertemu Lebaran lalu, jalinan komunikasi
dengan mertua semoga semakin lancar. Memang, orangtua, khususnya
mertua kepada menantu, terkadang tak “sanggup” mengungkapkan isi
hati terdalamnya. Hanya menggunakan bahasa-bahasa isyarat atau kiasan
semata. Apa yang terungkap di mulut, tak sedalam isi hatinya.
Hmm,
sebenarnya apa unek-unek mertua terhadap pernikahan anaknya?
Daripada
menebak-nebak apa yang ada di kepala ibu mertua, Susan Abel
Lieberman, PhD dengan bukunya The Mother-in-Law’s Manual dan Jane
Angelich penulis buku What’s a Mother-in-Law to Do, menguak apa
saja yang diam-diam dipikirkan oleh ibu mertua. Tak ada salahnya
untuk dijadikan salah satu rujukan untuk lebih memahami perasaan
mertua.
1.
“Dia tetap anakku”
Seorang
ibu sebenarnya sedikit “tidak rela” saat perhatian anak
laki-lakinya berkurang setelah menikah. Meski sudah dewasa dan
berkeluarga, suami Anda tetaplah anak dari ibunya. Karena itu,
sebagai istri, doronglah suami untuk tetap memberi perhatian yang
besar pada ibunya. Ingatkan suami untuk selalu menjalin komunikasi
dengannya.
2.
Ingin dikunjungi
Orangtua
sangat mengerti, anak dan istrinya (Anda) pastilah sangat sibuk. Tapi
lihatlah wajah bahagianya saat Anda sekeluarga mengunjunginya
tiba-tiba. Nah, itulah perasaan terdalam orangtua. Bayangkan saja,
mereka begitu kesepian setelah ditinggal anak-anaknya menikah.
Dikunjungi adalah penebus rasa kesepian itu. Tentu mereka kangen
dengan kehebohan saat anak-anaknya kecil dulu. Jadi, kalau orangtua
atau mertua sudah telepon dengan bahasa isyarat, misalnya bertanya
“lagi sibuk, ya”, itu tanda sudah ingin dikunjungi.
3.
Ingin dimintai nasihat
Setelah
menikah, suami-istri kerap menyimpan masalah di hadapan orangtua.
Pertimbangannya, tak ingin menyusahkan orangtua. Selain itu, tidak
ingin orangtua mencampuri urusan rumah tangga. Padahal, orangtua
menunggu-nunggu dimintai nasihat. Mereka senang memberi petuah.
Senang bercerita pengalaman hidupnya sebagai pelepasan rasa
bahagianya. Maka, tidak ada salahnya sesekali meminta nasihat pada
mertua saat sedang ada masalah. Ibu mertua pasti dengan senang hati
memberikan nasihat terbaik.
4.
Tidak ingin merepotkan
Mertua
pun punya perasaan segan dan ewuh-pakewuh (nggak enak hati) terhadap
anak-mantunya. Misal saat meminta bantuan masalah keuangan. Ya, dia
sebenarnya tidak mau merepotkan anak-mantunya. Dia tidak ingin
dianggap beban. Maka, sebisa mungkin, berikanlah tanpa menunggu
diminta. Demikian pula saat berkunjung ke rumah Anda, yang dia
inginkan hanyalah bertemu dengan anaknya, mengobrol bersama
menantunya, dan tentu saja bermain bersama cucu-cucunya. Jadi,
berikan ruang yang nyaman pada mertua saat bertandang. Misalnya,
sedikit melonggarkan aturan rumah saat ada mertua. Jangan bersikap
terlalu keras, toh hanya sementara menginap.
5.
Membanggakan anak-mantunya
Sejatinya
orangtua sangat membanggakan anak dan mungkin mantunya (Anda). Juga,
cucu-cucunya. Tanpa sepengetahuan Anda, mereka tak bosan-bosannya
bercerita pada tetangga, kerabat atau teman tentang keberhasilan
anaknya, juga mantunya dalam mendidik cucu-cucunya. Mungkin kadang
sok tahu dan berlebihan, karena itu obrolan dengan mertua akan baik
untuk memberi informasi-informasi terbaru tentang perkembangan
keluarga Anda. Jadi, jangan segan-segan bercerita, yang penting
hal-hal positif, bukan aib keluarga.(kholda/berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment