Diperingati
tiap 23 Juli, Hari Anak Nasional tahun ini baru dirayakan 11 Agustus
lalu di Istana Bogor.
Temanya
"Wujudkan Lingkungan dan Keluarga Ramah Anak". Lingkungan
yang dimaksud, tentu bukan hanya rumah, tetangga dan sekolah. Tapi
juga sistem, yakni kebijakan dan aturan negara. Kelihatannya menunggu
sistem yang ramah anak masih lama terwujud, mari kita mulai dari
rumah, tetangga/lingkungan pergaulan dan sekolah.
1.
Rumah
Menciptakan
rumah ramah anak berarti membuat rumah itu nyaman, bikin betah,
dinamis dan mampu melejitkan potensi anak. Kondisi fisik rumah
memungkinkan anak memiliki keleluasaan dalam beraktivitas. Tidak
meletakkan barang-barang yang membahayakan anak di sembarang tempat,
semisal benda pecah belah. Segera memperbaiki fasilitas yang rusak,
agar tidak membahayakan anak. Seperti kabel yang terbuka, pintu
lemari yang terancam lepas, atap yang bocor, dll.
Sediakan
sarana dan prasarana yang memadai untuk aktivitas dan kreativitas.
Perabot yang sesuai usianya, dan barang-barang yang mudah dijangkau
olehnya. Misal, meletakkan alat tulis, buku-buku bacaan atau Alquran
di tempat yang mudah dilihatnya agar mereka tertarik menggunakanya.
Jadi, usahakan barang-barang mereka ready to use.
Ingat,
kondisi rumah berpengaruh terhadap rasa percaya diri anak. Mereka
jangan sampai minder jika sewaktu-waktu dikunjungi teman-temannya.
Tak harus mewah, yang penting layak, yakni bersih, rapi dan nyaman.
2.
Tetangga dan pergaulan
Dimulai
dengan memilih tempat tinggal/rumah, baik sebelum ngontrak maupun
beli. Teliti dulu bagaimana situasi dan kondisi lingkungan tersebut.
Survey kecil-kecilan, baik dengan mengamati atau ngobrol dengan
aparat setempat.
Apakah
daerah tersebut tidak identik dengan tempat maksiat. Bukan tempat
nongkrong atau begadang. Apakah aparat RT/RW cukup peduli dengan
perilaku warganya. Apakah warganya cukup islami, baik dari
penampilannya yang menutup aurat, maupun aktivitasnya. Misal di
lingkungan ada musala atau kajian majelis taklim.
Lebih
baik lagi jika memilih hunian atas rekomendasi teman yang sudah lebih
dulu tinggal di wilayah tersebut. Jangan sampai menyesal karena
setelah tinggal di situ, ternyata tetangganya tidak baik, lingkungan
bising, dan sebagainya.
3.
Sekolah
Memilihkan
sekolah yang ramah anak dilihat dari: lokasi, kondisi bangunan,
fasilitas yang disediakan, kurikulum yang diterapkan, profil para
pendidiknya dan bila perlu para alumninya (output lembaga tersebut).
Sekolah yang aman jauh dari jalan protokol yang ramai kendaraan.
Kondisi fisik baik, aman dari ancaman bahaya. Misal atap jebol yang
sewaktu-waktu ambrol. Fasilitas umum, terutama toilet dan musala
tersedia. Kurikulumnya juga tidak memberatkan anak didik. Berbasis
kurikulum Islam yang berorientasi pada pembentukan kepribadian anak,
penguatan motivasi ibadah dan nilai-nilai akhlak. Guru-guru dan
stafnya memang orang-orang yang paham Islam, senang dengan anak-anak,
ramah dan peduli. Serta, terbukti dengan alumni-alumninya yang
berperilaku baik.
Demikian
di antara upaya untuk menciptakan lingkungan yang ramah anak, demi
pembentukan generasi penerus yang berkualitas terbaik.(kholda)
No comments:
Post a Comment