Menjadi orangtua saat
ini sungguh luar biasa tantangannya. Apalagi menghadapi anak baru
gede alias remaja yang juga mendapat godaan luar biasa di luar sana.
Maka, butuh upaya luar biasa pula bagi orangtua untuk menghadapi anak
remajanya. Pertama-tama, pahami karakter anak baru gede (ABG) dulu
sebelum memberikan solusi. Diantaranya sebagai berikut.
1 Emosi berubah-ubah
Anak
ABG yang sudah bukan balita, sepertinya lebih mudah diatur dan
menurut orangtua. Nyatanya, banyaknya pengaruh (baik dan buruk) dari
luar, akan mulai mempengaruhi karakter dan kepribadian anak.
Masalahnya, jika anak menemukan hal-hal yang bertentangan antara
kehidupan luar dengan rumah, akan terjadi pergolakan dalam diri anak.
Itulah sebabnya ABG masih suka plin-plan, berubah-ubah pendirian dan
emosional. Maka orangtua jangan merespons berlebihan, emosional dan
langsung memvonis. Sebaiknya ngobrol dari hati ke hati.
2 Senang bergaul
Anak-anak usia remaja
biasanya sedang senang-senangnya bergaul. Suka mencari banyak teman.
Demen berkenalan dengan teman-teman baru. Juga, berusaha mencari
sahabat. Maka, cermati dan telitilah siapa saja teman-teman anak
Anda. Kalau punya handphone, sesekali periksa nomor-nomor kontaknya.
Cek pertemanan di akunnya. Intip chatting-chattingnya, baik melalui
media sosial, coretan-coretan di kertas, di buku dan handphonenya.
2 Mulai tertutup,
main rahasia
Kalau di masa
kanak-kanak mereka gemar berceloteh dan ingin didengar orangtuanya,
si ABG sebaliknya. Mulai enggan bercerita tentang apapun. Hanya
bicara jika ditanya orangtua. Itupun sepatah dua patah kata. Nah,
jika anak Anda seperti ini, maka harus sering dipancing agar
bercerita. Jangan ditanya pendek-pendek dan to the point, apalagi
rutinitas, pasti jawaban si anak juga pendek-pendek saja. Cari
pertanyaan yang tidak bernada formil dan interogatif. Jangan setiap
hari bertanya rutin: “Kak, ada PR nggak?” Pasti jawabnya ya atau
tidak. Titik. Beda dengan pertanyaan yang sifatnya menggali
celotehnya, semisal “Kak, PR kemarin gimana?”
3 Penasaran dan
serba ingin tahu
Sebagaimana saat
kanak-kanak, sifat ingin tahu ABG juga makin besar. Terutama untuk
hal-hal yang berbau dewasa. Pada fase ini, ABG memiliki banyak hal
yang baru ditemukannya. Hal yang membuatnya penasaran. Terkadang, ia
berusaha mencaritahu sendiri jawabannya. Pada proses pencarian itu,
anak-anak takut, khawatir dan cemas, kalau-kalau apa yang
dilakukannya salah. Khawatir dicap buruk orangtua, sehingga mereka
menyembunyikan apa yang diketahuinya. Misal tak mau orangtuanya tahu
siapa teman barunya, baca novel atau komik sembunyi-sembunyi, beli
barang diumpetin, dll. Padahal belum tentu yang dilakukannya salah,
tapi menghindari penghakiman dari orangtua. Maka itu, orangtua juga
perlu mengetahui apa saja yang sudah diakses anak. Apa saja
bacaannya, tontonannya, dan bagaimana pola pikirnya. Butuh waktu dan
energi memang.
4 Menjauhi orangtua,
tapi juga rindu
Secara alamiah, begitu
anak masuk SD, perlahan-lahan mereka akan 'menjauhi' orangtua. Mereka
akan punya dunia sendiri. Lebih tertarik mengenal “dunia luar"
sana. Enggan dicampuri urusannya oleh orangtua. Tapi, di sisi lain
mereka juga masih memiliki sifat kekanak-kanakan. Yakni, ingin
diperhatikan orangtua. Maka, jaga jarak aman saja dengan anak.
Maksudnya, tidak melepaskan begitu saja dengan dalih agar anak
mandiri, melainkan tetap memberi perhatian khusus pada kebutuhan
kasih sayangnya.(kholda)
* Tulisan ini tayang di Media Umat edisi 150
No comments:
Post a Comment