Memahami Karakter ABG


Sumber foto: kaskus.com

Menjadi orangtua saat ini sungguh luar biasa tantangannya. Apalagi menghadapi anak baru gede alias remaja yang juga mendapat godaan luar biasa di luar sana. Maka, butuh upaya luar biasa pula bagi orangtua untuk menghadapi anak remajanya. Pertama-tama, pahami karakter anak baru gede (ABG) dulu sebelum memberikan solusi. Diantaranya sebagai berikut.


1 Emosi berubah-ubah

Anak ABG yang sudah bukan balita, sepertinya lebih mudah diatur dan menurut orangtua. Nyatanya, banyaknya pengaruh (baik dan buruk) dari luar, akan mulai mempengaruhi karakter dan kepribadian anak. Masalahnya, jika anak menemukan hal-hal yang bertentangan antara kehidupan luar dengan rumah, akan terjadi pergolakan dalam diri anak. Itulah sebabnya ABG masih suka plin-plan, berubah-ubah pendirian dan emosional. Maka orangtua jangan merespons berlebihan, emosional dan langsung memvonis. Sebaiknya ngobrol dari hati ke hati.

2 Senang bergaul

Anak-anak usia remaja biasanya sedang senang-senangnya bergaul. Suka mencari banyak teman. Demen berkenalan dengan teman-teman baru. Juga, berusaha mencari sahabat. Maka, cermati dan telitilah siapa saja teman-teman anak Anda. Kalau punya handphone, sesekali periksa nomor-nomor kontaknya. Cek pertemanan di akunnya. Intip chatting-chattingnya, baik melalui media sosial, coretan-coretan di kertas, di buku dan handphonenya.

2 Mulai tertutup, main rahasia

Kalau di masa kanak-kanak mereka gemar berceloteh dan ingin didengar orangtuanya, si ABG sebaliknya. Mulai enggan bercerita tentang apapun. Hanya bicara jika ditanya orangtua. Itupun sepatah dua patah kata. Nah, jika anak Anda seperti ini, maka harus sering dipancing agar bercerita. Jangan ditanya pendek-pendek dan to the point, apalagi rutinitas, pasti jawaban si anak juga pendek-pendek saja. Cari pertanyaan yang tidak bernada formil dan interogatif. Jangan setiap hari bertanya rutin: “Kak, ada PR nggak?” Pasti jawabnya ya atau tidak. Titik. Beda dengan pertanyaan yang sifatnya menggali celotehnya, semisal “Kak, PR kemarin gimana?”

3 Penasaran dan serba ingin tahu

Sebagaimana saat kanak-kanak, sifat ingin tahu ABG juga makin besar. Terutama untuk hal-hal yang berbau dewasa. Pada fase ini, ABG memiliki banyak hal yang baru ditemukannya. Hal yang membuatnya penasaran. Terkadang, ia berusaha mencaritahu sendiri jawabannya. Pada proses pencarian itu, anak-anak takut, khawatir dan cemas, kalau-kalau apa yang dilakukannya salah. Khawatir dicap buruk orangtua, sehingga mereka menyembunyikan apa yang diketahuinya. Misal tak mau orangtuanya tahu siapa teman barunya, baca novel atau komik sembunyi-sembunyi, beli barang diumpetin, dll. Padahal belum tentu yang dilakukannya salah, tapi menghindari penghakiman dari orangtua. Maka itu, orangtua juga perlu mengetahui apa saja yang sudah diakses anak. Apa saja bacaannya, tontonannya, dan bagaimana pola pikirnya. Butuh waktu dan energi memang. 

4 Menjauhi orangtua, tapi juga rindu

Secara alamiah, begitu anak masuk SD, perlahan-lahan mereka akan 'menjauhi' orangtua. Mereka akan punya dunia sendiri. Lebih tertarik mengenal “dunia luar" sana. Enggan dicampuri urusannya oleh orangtua. Tapi, di sisi lain mereka juga masih memiliki sifat kekanak-kanakan. Yakni, ingin diperhatikan orangtua. Maka, jaga jarak aman saja dengan anak. Maksudnya, tidak melepaskan begitu saja dengan dalih agar anak mandiri, melainkan tetap memberi perhatian khusus pada kebutuhan kasih sayangnya.(kholda) 

* Tulisan ini tayang di Media Umat edisi 150


No comments: