Oleh Asri Supatmiati
Hari itu, 20 tahun lalu.
Ibu memelukku dengan tangis sendu. Berhamburanlah Hasanah dari bibir
Ibu, melepas kepergianku. “Jaga diri baik-baik Nak, jangan lupa
ibadah,” begitu sebagian dari Hasanah Ibu. Aku hanya terpaku.
Kulihat raut muka Ibu
penuh kekhawatiran, melepas gadis bungsunya ke tanah perantauan.
Apalagi itu perjalanan terjauh pertama dalam hidupku. Ibu begitu
menyesalkan minimnya perbekalanku. Ah, andai kutahu Ibu, harta yang Ibu
benamkan dalam koperku, bukanlah bekal terbaik. Hasanah Ibulah teman
perjalanan hidupku yang paling berharga.
Berkat Hasanah Ibu yang
mengalir deras dalam darahku, aku merasa menjadi manusia seutuhnya.
Tentu kesempurnaan bukan milikku, tapi Hasanah Ibu telah membentukku
menjadi manusia yang berguna. Goresan pena melalui ribuan artikel dan
buku-buku keislaman yang kutulis di atas doa Ibu, kuharap menjadi
tabungan amal yang kupersembahkan untukmu.
Ya, betapa aku tak mampu
membayar semua Hasanah Ibu. Aku tak akan amnesia dengan segala
pengorban dan perjuangan Ibu. Sembilan bulan aku bergantung hidup di
rahim Ibu. Lalu dua tahun lamanya aku menyambung nyawa di dada Ibu.
Selanjutnya, begitu aku
menghirup udara dunia, sejak itu Ibu berjuang dalam senyap demi
mempertahankan nyawaku. Tanpa gemerlap panggung dan sorot lampu. Tak
haus sanjungan apalagi tepuk tangan. Terlebih selempang penghargaan
atau sebentuk piala tanda jasa. Kaulah pahlawan sejatiku.
Memegang teguh Hasanah
Ibu adalah bukti baktiku. Itulah kunci surgaku. Aku percaya, malaikat
tak akan salah mencatat. Sosok bersahaja tanpa pangkat dan jabatan di
pundak Ibu, bukanlah halangan menggapai surga-Nya. Anakmu ingin
serta, Ibu. Doakan aku istiqomah menjadi shalehah. Berbekal Hasanah
Ibu, izinkan aku memungut surgamu!(*)
// Naskah ini untuk mencoba kemampuan diri mengikuti lomba yang diadakan BNI Syariah dengan tema cerita tentang Hasanah seorang Ibu yang akan menjadi teladan setiap orang. Jika berkenan bantu like dan share @asrisupatmiati @HASANAH_Titik @BNISyariah @wolipop #AndaiKuTahuIbu
1 comment:
hiks..terharu membacanya, jadi teringat ibu nun jauh di sana, hanya bisa berkirim doa selepas sholat, karena tangan ini tak mampu berbakti lebih dari sekedar doa, jadikan kami hamba-Mu yang sholihah Ya Rabb.... Sukses untuk lombanya Bu Asri...
Post a Comment