Saat
ini gagasan sekulerisme dan liberalisme berikut cabang-cabangnya
semakin merajalela. Mulai ide dasar tentang hak asasi manusia, Islam
moderat, hingga isu LGBT. Anak-anak usia tanggung, remaja menuju
dewasa biasanya mudah terbawa opini umum di masyarakat. Bahkan yang
sudah mahasiswapun, bisa terpengaruh.
Orangtua
perlu memantau perkembangan anak-anak remajanya dari ajaran-ajaran
sekuler yang menyesatkan tersebut. Terlebih jika anak sudah mulai
tinggal terpisah dari orangtua. Kos atau boarding di luar kota, tak
bisa tiap hari interaksi dengan orangtua. Penting untuk memastikan
anak-anak tetap on the track dalam Islam. Tetap Islam kafah. Misalnya
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Intens berkomunikasi dengan anak.
Komunikasi
intensif akan membangun kedekatan dengan anak. Sehingga, anak merasa
diperhatikan. Tidak lagi segan bercerita apa saja. Mau lebih terbuka
kepada orangtua terhadap setiap persoalannya. Juga, terbuka
mendiskusikan berbagai isu yang mereka tangkap. Tentu komunikasi yang
tidak mengganggu atau membuat anak jadi risih karena saking seringnya
dihubungi. Komunikasi saat ini bisa langsung, maupun tidak langsung.
Offline maupun online. Sudah era digital, jadi saran komunikasi
tidaklah jadi kendala.
2.
Mendorong anak mengkaji Islam, dan bukan malah melarang
Banyak
pilihan aktivitas remaja, salah satu yang wajib diikutkan adalah
kajian keislaman. Orangtua tidak semestinya melarang dengan alasan
khawatir anak-anaknya terjerumus dalam kelompok sesat. Justru
seharusnya didorong untuk rajin mengkaji Islam. Hanya dengan mengkaji
Islam rutin, terus menerus dan dengan kajian Islam ideologi, anak
akan berislam secara kafah. Ia akan tahu hak dan kewajibannya sebagai
hamba Allah. Nah, bagaimana supaya tidak tersesat? Sebaiknya orangtua
juga rajin mengikuti kajian serupa. Supaya seiring sejalan, satu
pemahaman dengan anak. Saat ini, benteng terpenting dalam membendung
pengaruh buruk sekulerisme adalah agama. Jadi, perkuat pemahaman
agama. Bukan yang lain.
3.
Memantau pergaulan anak dan bukan membebaskannya
Untuk
mencegah anak terjerumus dalam pergaulan bebas, harus dipantau
teman-teman si anak. Baik teman offline maupun online. Kadang anak
jarang kelayapan, anteng di kamar kosnya. Nyatanya mereka tetap
terhubung dengan puluhan dan bahkan ratusan teman-temannya di dunia
maya. Siapa saja mereka? Apa saja interaksinya? Apa yang mereka
perbincangkan? Makanya, orangtua sebisa mungkin terhubung dengan anak
di dunia maya. Jadi harus tahu akunnya. Bahkan harus berteman.
Minimal bisa mengerem anak untuk saat membuat status, karena segan
diketahui orangtuanya. Itu harus menjadi syarat kebolehan anak
beraktivitas di dunia maya.
4.
Menjaga makanan yang halal dan thoyib saja.
Asupan
makanan ikut berkontribusi pada pembentukan karakter si anak agar
tetap Islam kafah. Biasakan anak cerewet tentang status makanan,
halalkah? Saat ini era kuliner. Berbagai jenis makanan unik, ekstrim
dan aneh kerap menggoda air liur. Apalagi yang dipropagandakan para
idole remaja. Pastikan anak hanya mengkonsumsi makanan yang halal dan
thoyib saja.
5.
Memantau bacaan dan tayangan yang dikonsumsi anak
Di
tengah kejenuhannya melakukan berbagai aktivitas, mungkin anak butuh
hiburan sesaat. Yang tak perlu biaya, apalagi kelayapan tak jelas.
Salah satu yang bermanfaat dan mengedukasi adalah menyediakan
buku-buku bacaan yang menghibur, tapi bermutu. Buku kisah-kisah
islami yang memuat pesan-pesan motivasi, inspirasi dan budi pekerti.
Namun, harus tetap dipantau buku-buku yang selama ini dikonsumsi
anak. Apakah tidak ada yang menyesatkan. Selain itu, tayangan video,
musik atau film kadang juga kerap menjadi hiburan. Memang anak tidak
nonton ke gedung bioskop, tapi bisa download dari dalam kamarnya.
Nah, sekali-kali perlu juga “merazia” laptop anak saat berjumpa.
6.
Membantu membuatkan proposal hidup dan mendoakannya
Remaja
sudah punya mimpi. Bahkan mimpinya lebih-lebih dari orangtuanya saat
usia remaja dulu. Nah, ajak berdiskusi agar ia mau terbuka dengan
mimpi-mimpinya. Arahkan untuk membuat proposal hidup sebaik mungkin,
selaras dengan posisi dia sebagai hamba Allah. Jika perlu tuliskan
proposal itu dengan rinci dan detail. Bantu memberi motivasi positif.
Katakan bahwa orangtua akan mendukung dan berusaha sekuat tenaga
untuk ikut mewujudkannya. Juga, mendoakan yang terbaik bagi anak.
Semoga dengan cara itu anak semakin semangat menempuh metode untuk
meraih mimpinya.(kholda)
No comments:
Post a Comment