Tampil Syur? Malu Dong!

Oleh Asri Supatmiati
Penulis Buku "Cewek Ngomongin Virgin"


Nyari cewek yang berani tampil buka-bukaan di negeri ini nggak susah loh, malah gampang banget. Bukan hanya model-model nggak ngetop yang sering nampang jadi sampul buku TTS itu, mereka yang disebut 'model papan atas' pun dengan senang hati tampil sensual. Sebagian tentu juga muslimah. Wah, apa yang mereka cari ya?

Kalau boleh kita itung neh, deretan selebriti  yang fotonya sempat bikin heboh karena dianggap terlalu berani antara lain Davina Veronica, Sophia Latjuba, Tiara Lestari, Luna Maya, Karenina, Nadya Hutagalung, Indah Ludiana, dll. Tuh kan, pokoknya nggak susah deh nyari model gituan. Itu baru yang ngetop, belum puluhan model pendatang baru lain yang rela memamerkan 'dalemannya' biar sepet ngetop.
Hm, kira-kira kenapa sih mereka ampe nekat berpose berani gitu? Kebanyakan mereka bilang demi tuntutan profesi atau demi seni. Jadi, berpose berani dianggap lumrah-lumrah saja.
Kinaryosih yang rela 21 pose syurnya jadi konsumsi umum lewat majalah FHM misalnya, menganggap posenya itu wajar-wajar aja. Menurutnya, model harus rela memperagakan pakaian apa saja, termasuk pakaian tidur atau underware. ''Saya terima tawaran ini bukan karena saya suka buka-bukaan, tapi foto ini sebagai art dengan konsep foto yang kuat. Di dunia fesyen kan biasa banget pakai baju tipis,'' ujarnya ngeles (Kompas.co.id,19/9/05).
Davina Veronica juga berujar, "Asal konsepnya jelas, nggak masalah difoto sensual." Model artbooknya 6 fotografer tenar ini mengaku nggak takut posenya diprotes masyarakat selama masih 'wajar'. Tiara Lestari yang tampil telanjang di Majalah Playboy juga mengaku biasa saja berpose begitu. Doi malah bangga karena terpilih menjadi cover majalah yang udah ngetop di dunia dan difoto fotografer ternama. Na'udzubillahi min dzalik.
Demikian pula Indah Ludiana, pemain sinetron yang juga pernah tampil di Playboy edisi Piala Dunia lalu. ''Nilai keindahannya lebih diutamakan para fotografer Playboy daripada bugilnya kok,'' kata Indah. Ngakunya, doi mau berpose di majalah porno itu bukan karena bayaran tinggi. ''Nilainya tak seberapa, tapi pengalamannya itu loh,'' ujarnya (Suaramerdeka.com).

Haus Sanjungan?
Ada yang bilang, emang udah jamak kalo wanita itu ingin selalu tampak cantik dan serasi. Salah satu caranya dengan menonjolkan keindahan tubuhnya. Makanya kalo memakai pakaian cenderung suka menonjolkan bagian-bagian tubuhnya yang dianggap memiliki kelebihan. Diva macam Ruth Sahanaya aja mengaku tampil lebih pede setelah operasi payudara. Titi Dj juga, sampai perlu sedot lemak segala biar lebih enak dipandang.
Semua itu dilakukan karena wanita memang suka dipuji dan disanjung, baik oleh sesama wanita, atau lebih-lebih oleh kaum adam. Hm, siapa yang nggak gede rasa kalo dibilang cantik, seksi, manis atau sebutan-sebutan positif lainnya. Benarkah begitu? Bisa jadi.
Dan kalaupun itu benar, tetap aja ada batas-batasan gimana mereka berpenampilan, khususnya di depan publik. Buka-bukaan tak identik dengan imej cantik. Kadang malah bikin orang malu melihatnya dan bahkan jijik. Dan kalau mau jujur, wanita secara fitri bakal malu kalau auratnya kelihatan. Buktinya, meski berani pakai rok mini, pas naik angkot tetep aja mereka tarik-tarik biar paha atau underwarenya nggak kelihatan. Atau ditutupi pakai tasnya. Itu pertanda bahwa wanita sebenarnya punya malu, nggak mau bagian tubuhnya yang paling berharga kelihatan.
Coba, kalo para model panas itu disuruh jalan-jalan di mal pakai baju tipis tembus pandang atau malah nggak pakai baju, apa mereka mau? Pasti bakalan nolak. Sekali lagi, dalam lubuk hati kecilnya yang terdalam pasti ada rasa malu melakukan itu. Sebab, Allah Swt menciptakan rasa malu sebagai bagian dari fitrah manusia.
Makanya, kalolah mereka berani berpose syur di majalah, di panggung atau saat kontes kecantikan, itu semua pasti dilakukan dengan menanggalkan rasa malu, demi kepentingan lain yang lebih besar. Apa itu? Pastinya sih demi fulus. Tapi, tentu saja nggak ada yang berani berterus terang bahwa mereka melakukan itu semua demi fulus. Bahkan ada yang difoto syur dengan bayaran murah atau malah nggak dibayar. Namun mereka mendapatkan ketenaran setelah itu. Semakin kontroversi, semakin ngetoplah dia. Nah, kalo udah ngetop, tawaran pasti bakal berdatangan dan akhirnya fulus juga bakal mengikuti. Jadi, tetap aja kan, ujung-ujungnya duit.
Yang pasti, bagi mereka tampil buka-bukaan membawa sensasi dan kenikmatan tersendiri. Ada pengalaman erotis yang membangkitkan libido mereka. Makanya, meski bikin kontroversi, mereka biasanya nggak bakalan kapok melakukannya. Malah cenderung ketagihan. Itu alasan lain yang tentunya nggak mereka ungkap ke publik.
Emang, nggak semua seleb rela difoto nude loh. Ambil contoh model Cathy Wilson, Nia Rahmadhani, Intan Nuraini, dll. Biar dibayar berapapun, mereka mengaku ogah difoto sensual. Alasannya: merusak citra diri dan nama baik. Lebih tepatnya lagi: merusak pasaran. Sebab, udah pasti imej cewek yang ikhlas tampil polos itu akan jatuh. Doi biasanya serta merta dicap sebagai bintang panas, bintang porno atau bom seks. Julukan yang buruk banget.
Dalam dunia entertainment, imej macam gitu bisa menjatuhkan pasaran. Misal pemilik produk-produk bermutu untuk kelas high end, biasanya enggan memakai mereka sebagai bintang iklan, model atau ikonnya karena citranya yang buruk di mata masyarakat. Tentu mereka takut nggak laku dong produknya. Jadi, dalam lingkaran kapitalis ini, lagi-lagi duit yang jadi patokan.

Esploitasi Tuh!
Diumbarnya aurat wanita di ruang publik adalah bentuk eksploitasi wanita. Gimana nggak, bagian tubuh paling berharga wanita yang seharusnya dijaga baik-baik, malah diobral murah. Semua itu demi mendongkrak penjualan produk, memenuhi pundi-pundi kaum kapitalis. Yup, dalam alam kapitalisme ini, wanita diposisikan sebagai komoditi, brand atau ikon guna mendongkrak penjualan dan menyuburkan konsumerisme. Dan salah satu daya tarik yang ada pada wanita adalah sisi-sisi sensualitas dan seksualitas. Makanya, bagian itulah yang sengaja dijual dan menjadi ujung tombak penjualan. Sebab, urat-urat seksualitas manusia itu emang yang paling gampang dibangkitkan.
Sayang, para wanita nggak menyadari itu. Termasuk para muslimah. Mereka nggak ngeh kalo dirinya dieksploitasi oleh kalangan kapitalis untuk memuluskan cita-cita mereka mempertebal fulus. Mereka malah berdalih itu demi keindahan, mensyukuri nikmat Allah Swt berupa tubuh yahud, dll. Duh!
Imam Ridha as berkata: "Allah swt indah dan mencintai keindahan. Dia senang menyaksikan kenikmatan yang Dia karuniakan pada diri hamba-Nya. Allah tidak menyukai keburukan."
Sebagian orang terlalu berlebihan dalam menafsirkan keindahan sehingga terperosok ke dalam lembah hedonisme. Hedonisme berarti berlebih-lebihan dalam mencintai keindahan dan penyimpangan dari daya tarik alami ini. Imam Ali as menyebut tiga tanda bagi orang yang berlebihan dalam hal memanfaatkan karunia dan kenikmatan Allah. Pertama: memakan apa yang tidak sesuai baginya, kedua mengenakan pakaian yang tidak seharusnya, dan ketiga membeli yang tidak pantas untuk dirinya. Well, jangan sampai kita termasuk di dalamnya deh.
Di mata Allah Swt wanita yang membuka auratnya di depan umum adalah perempuan yang nggak bener karena terang-terangan membangkang larangan Allah Swt. Allah Swt berfirman: "Katakanlah kepada wanita yang beriman: hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke krah bajunya."(An-Nur 31)
Allah Swt melarang keras wanita menampakkan perhiasannya dan memelihara kemaluannya. Apalagi jika diperjual-belikan untuk tujuan komersil. Ingat Girl, wajah, bodi, dan tubuh kita ini milik Allah, bukan milik kita pribadi. Enak aja kita main 'jual' tanpa seizin pemiliknya. Lagian, tubuh ini tuh nggak bisa dinilai dengan uang seberapapun besarnya. Nggak sebanding banget nilai jualnya dibanding ganjaran yang akan diperoleh Allah kelak di akhirat. Karena itu, sadarlah, jangan mau dieksploitasi kalau yang rugi kita sendiri.(*)


Seksi dengan Kebiasaan Terpuji

Pamer bodi nggak selamanya enak diliat loh.  Apalagi kalau organ-organ vital sampai diumbar jadi konsumsi umum, wah, ngeliatnya juga malu. Sebaliknya, justru orang akan menilainya murahan. Makanya, nggak perlu tampil syur kalau memang seorang cewek memiliki kelebihan insya Allah akan memancarlah 'auranya' dengan sendirinya. Nah, 'aura' seseorang itu akan tampak bila ia memiliki kebiasaan-kebiasaan terpuji. Seperti:
1. Tampil indah dan serasi. Nggak usah tampil ngejreng cari perhatian, yang penting selalu menjaga keserasian dalam berpakaian dan berdandan. Nggak usah mencolok, ntar malah dikira tabaruj. Tapi juga jangan biarkan penampilan kelihatan kucel atau bahkan cuek bebek. Meski seseorang nggak bisa dinilai dari penampilannya, tapi sebagai muslimah kita tentunya nggak pengin dong ada anggapan kalau muslimah itu identik asal-asalan dalam berdandan. Sedikit gaya ada perlunya loh, asal masih dalam tahap-tahap yang dibolehkan syara'.
2. Merawat diri. Biarpun bodi ditutupi dengan busana muslimah, bukan berarti dibiarkan begitu saja tanpa dirawat dan dijaga. Perawatan fisik seperti kulit, rambut, kuku dan bagian tubuh lain tetep kudu dilakukan secara rutin dan telaten. Dengan tubuh yang terawat, biarpun dibungkus dengan pakaian yang menutup aurat tetap akan kelihatan auranya. Wajah akan kelihatan segar, kulit bercahaya dan tentunya nggak bakal garuk-garuk kerudung gara-gara rambut ketombean kan?
3. Menjaga kesehatan fisik, seperti olah raga, makan teratur dan menjaga stamina. Penampilan yang lincah, murah senyum, aktif dan energik menunjukkan pribadi yang menyenangkan. Beda dengan yang tampak lemas, ogah-ogahan, jutek atau bahkan seperti nggak punya semangat hidup. Hm, nggak seger banget memandangnya kan?
4. Bertutur kata yang baik, sopan, dan lemah lembut. Tutur bahasa yang bernas menunjukkan isi otak seseorang. Dan biasanya semakin kelihatan kecakapan pola pikirnya, semakin dihargai seseorang. Beda dengan orang yang banyak bicara tapi omong kosong, orang yang sedikit bicara tapi bermanfaat pasti akan lebih dihargai dan dihormati.(*)

No comments: