Oleh Kholda Naajiyah
Pekan-pekan ini ayah
masih terus menjadi perbincangan. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya
yang sepi dari pengingat, 12 November yang ditahbiskan sebagai Hari
Ayah Nasional, kali ini mendapat respons antusias. Diskusi tentang
peran ideal ayah pun kembali menghangat. Apa saja? Mungkin panduan
berikut bisa menjadi inspirasi:
Eksternal
1 Pekerja
Penuh rasa
tanggungjawab, berani memikul beban utama sumber nafkah keluarga.
Untuk itu, harus bekerja keras dan cerdas, tak kenal lelah untuk
menjadi tulang punggung keluarga. Harus gigih dan sungguh-sungguh
mengupayakan kecukupan akan kebutuhan anak-istri, bahkan jika perlu
lebih. Punya visi dan misi jauh ke depan terkait sumber nafkah,
seiring dengan meningkatnya kebutuhan hidup dengan semakin
bertambahnya (usia) anak-anak.
2 Produktif
Jadilah ayah yang
produktif dengan kegiatan positif. Manfaatkan setiap detik waktu
semaksimal mungkin. Waktu sangat berharga. Jangan segan meluangkan
waktu, tenaga, pikiran dan bahkan dana untuk berkontribusi bagi
masyarakat. Menjadi relawan dalam kegiatan di lingkungan rumah, tak
gengsi bekerja bakti membereskan lingkungan, tak abai terhadap
aktivitas sosial dan tak pelit membantu mereka yang membutuhkan
uluran tangan.
3 Aktivis
Ambil peran untuk
menjadi orang yang paling bermanfaat bagi orang lain dengan menjadi
dai yang jempolan. Pantang menolak amanah. Tak ada kata tak bisa.
Berkontribusi maksimal melalui tenaga, gagasan maupun dana. Kesibukan
mencari nafkah jangan jadikan kendala, tapi peluang.
Internal
Posisi
ayah dalam aktivitasnya di ruang privat, idealnya menunjukkan
karakter sebagai berikut:
1 Pendidik
Ayah harus tampil
cerdas, smart dan luas wawasannya sebagai bekal mendidik anak-anak
dan istri. Sepintar apapun istri, tetap butuh nasihat suami. Sepintar
apapun anak-anak, ayah jangan kalah. Ilmu dan teknologi terus
berkembang pesat, ayah harus mengimbanginya. Jangan pula bebaskan
tangan ayah dari sentuhan mendidik anak. Jangan serahkan semua pada
istri. Ayah yang abai terhadap pendidikan anak pasti tidak akan
dekat-melekat secara emosional dengan anak-anaknya.
2 Pelindung
Ayah adalah pengayom
bagi anggota keluarga. Namanya melindungi, tentunya tak pernah
menyakiti, baik lisan maupun fisik. Ayah harus bersifat kasih sayang
dan lembut pada keluarganya. “Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah-Iembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun
bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal
kepada-Nya.“ [TQS: 2: 159]
Seorang ayah tidak
boleh bersikap kasar dan mengedepankan kasih sayang dalam menghadapi
perilaku anak-anaknya. Jangan sampai kekerasan membuat anak-anak
kabur dari rumah.
3 Hakim
Ayah adalah kepala
rumah tangga. Ia seharusnya menjadi pemutus perkara terhadap
permasalahan rumah tangga. Untuk itu ayah harus tegas, berwibawa,
bijaksana dan adil. Tegas, berarti tidak plin-plan, mudah galau,
bingung atau serba “terserah”. Berwibawa bermakna memancarkan
kharisma agar disegani penghuni rumah, tapi bukan ditakuti.
Bijaksana, artinya mengambil keputusan dengan pertimbangan matang dan
rasional, tanpa merugikan salah satu pihak. Sedangkan adil,
menempatkan sesuatu pada posisi dan porsinya. Saat istri bimbang
dengan suatu masalah, ayah segera ambil alih. Saat anak bertengkar,
ayah tegas melerai tanpa membanding-bandingkan atau membeda-bedakan.
4 Sahabat
Menjalin persahabatan
dengan istri, berarti jadi tempat curhat utama, pendengar yang sabar
dan penasihat yang bijak. Menjadi sahabat anak berarti memahami
karakter anak, menyelami dunia mereka dan buka mata dengan kebutuhan
anak-anak sesuai usia dan tahap perkembangannya. Tidak boleh karena
alasan mencari nafkah, ayah kehilangan waktu untuk bercengkerama
dengan anggota keluarganya. Sahabat Abu Darda ra pernah ditegur oleh
Salman al-Farisi ra, karena terlalu mementingkan ibadah sehingga
mengabaikan hak-hak istrinya untuk bermesraan dan hak anak untuk
bercanda.
Demikianlah, semoga
para ayah diberi kekuatan untuk dapat menjalankan tugas sesuai yang
diamanahkah Allah SWT kepada-Nya, sehingga kelak mampu mengumpulkan
seluruh anggota keluarganya dalam rumah idaman, surga.
Aamiin.(kholda)
Abyan M Aqilla dan abinya di Pantai Ancol. |
No comments:
Post a Comment