Oleh
SHABRINA NA
Belum
lama ini sempat beredar berita mengenai sejumlah wanita Tunisia yang
melakukan "jihad seks". Menurut Menteri Dalam Negeri Lotfi
Ben Jeddou, para wanita ini pergi ke Suriah untuk menghibur pejuang
oposisi yang tengah bertempur menggempur rezim Bashar Al-Assad.
Di
sana, mereka mengobarkan "jihad seksual" dengan melakukan
hubungan badan dengan 20, 30, atau 100 laki-laki. "Setelah itu,
mereka kembali ke Tunisia dalam keadaan hamil," katanya.
Ben
Jeddou membeberkan fakta ini di Majelis Konstituante Nasional pada
hari Kamis. Namun, ia tidak merinci jumlah wanita yang kembali dalam
kondisi ini. "Yang jelas mereka menyatakan langkah mereka
sebagai jihad al- nikah dan pulang dengan berbadan dua,"
katanya.(tempo.co, 21/9/13).
Masih
dari sumber yang sama, Ben Jeddou juga mengatakan bahwa sejak ia
memangku jabatan pada bulan Maret, dia telah berhasil mencegah enam
ribu dari mereka untuk pergi ke Suriah. Yang terakhir, sekelompok
gadis Tunisia dicegah saat hendak melakukan perjalanan ke daerah yang
dikuasai pemberontak di Suriah Utara untuk menawarkan diri
"menghibur" pejuang oposisi.
FITNAH
KEJI
Pertama
membaca berita tersebut, penulis kaget sekaligus ragu. Kaget, karena
istilah ¨jihad seks¨ baru pertama kali mencuat di jagad ini. Ragu,
karena tidak percaya berita itu benar. Setelah browsing ke
situs-situs berita dan mencari informasi lebih dalam. Tampaklah bahwa
berita tersebut hanyalah fitnah.
Kebohongan
itu tampak dari sumber berita itu sendiri, yang hanya mengutip
pernyataan Menteri Dalam Negeri Tunisa Lotfi Bin Jeddo
berulang-ulang. Hampir di semua media yang mengangkat isu ¨jihad
seks¨, sumber beritanya hanya itu.
Tidak
ada wawancara dengan wanita Tunisia yang dimaksud, atau sekadar
konfirmasi dengan pejuang Syuriah itu sendiri. Tidak ada investigasi
mendalam dalam kasus pemberitaan ini sebagaimana layaknya ditulis
wartawan profesional jika memang ini fakta, melainkan hanya mengutip
pernyataan sang Menteri.
Kebohongan
kedua, terkonfirmasi oleh sumber di Al-Jazeera. Pada berita itu
diperlihatkan seorang laki-laki dan wanita bercanda dengan anak
kecil, lalu diceritakan mereka adalah perempuan Tunisia dan pejuang
Syuriah yang melakukan jihad seks dan hamil.
Dikutip
dari Al Jazeera, warga Tunisia bernama Abeer Musalam mengatakan,
“Kebohongan paling bodoh yang pernah dinyatakan.” Menurutnya,
laki-laki itu adalah Abu Jaafar dan perempuan itu istrinya Ummu
Jaafar. Anak kecil itu tentu saja anak mereka. Keluarga ini adalah
pejuang mujahidin di syuriah (www.dakwahmedia.com)
Kebohongan
selanjutnya yang tampak nyata adalah ketika dikatakan wanita Tunisa
itu bisa berhubungan seks dengan 20, 30 hingga 100 mujahidin.
Mustahil dalam jangka waktu singkat hal itu bisa dilakukan.
Siapapun
yang berpikir harusnya tidak menelan mentah-mentah berita itu. Bahkan
publik Tunisia sendiri tidak percaya dan mengganggap ini berita
paling bodoh. Pejabat Tentara Pembebasan Syuriah sendiri membantah
keras tuduhan jihad seks ini sebagai permainan media. Tujuannya untuk
merusak reputasi pejuang Syuriah yang dikenal baik. Ini tampak jelas
dengan pemakaian istilah jihad, bukan menjual diri, prostitusi atau
lainnya. Jelas ini untuk memojokkan para pejuang Syuriah.
MAKNA
JIHAD
Pembuatan
frasa jihad seks itu benar-benar permainan musuh-musuh Islam,
khususnya media yang ingin menggambarkan betapa buruknya Islam. Jihad
sendiri di dalam Islam artinya adalah peperangan untuk menyingkirkan
segala sesuatu yang merintangi tegaknya syariah Allah SWT. Jadi,
jihad ya bermakna perang. Itu makna syari.
Tidak
ada ¨jihad seks¨, ¨jihad ekonomi¨, ¨jihad pendidikan¨, dll.
Nah, jihad itu sendiri ada dua jenis, jihad defensif dan ofensif.
Jihad defensif atau mempertahankan diri, wajib dilakukan muslim
ketika ia dalam kondisi dizalimi dan diperangi.
Seperti
yang terjadi di Syuriah, saudara-saudara muslim di sana berjihad
dengan mengangkat senjata. Bukan dengan yang lain. Sedangkan jihad
ofensif, yakni dalam rangka menyebarluaskan Islam. Selain itu, jihad
menjadi kewajiban negara Islam untuk menyebarluaskan ajaran Islam.
Penggunaan istilah jihad seks ini sungguh keji karena membuat citra
buruk Islam di mata dunia. Dan memang seperti itulah yang dikehendaki
musuh-musuh Islam.
PERAN
MUSLIMAH DI MEDAN JIHAD
Sejatinya
kita bisa belajar dari keberanian Ummu Jaafar tadi ya, wanita masa
kini yang memilih menjadi pejuang Syuriah dan benar-benar mendampingi
suami di medan perang. Jadi dalam Islam tidak dilarang muslimah
mengangkat senjata, itu sungguh amalan yang tinggi pahalanya. Bahkan
akan berbuah surga jika syahidah. Tentu, setiap muslimah ingin mati
syahid seperti Ummu Jaafar.
Selain
itu, muslimah bisa berkontribusi di medan jihad dengan menjadi tim
medis atau logistik. Mereka bisa melakukan peran apa saja demi
tercapainya tujuan jihad. Apalagi, Syuriah ini benar-benar
mendambakan tegaknya Khilafah yang wajib kita dukung.
Bagi
muslimah yang ada di negara aman seperti Indonesia atau negeri muslim
lainnya, jika tidak memungkinkan terjun langsung di medan perang,
bisa membantu dengan pendanaan, persenjataan, logistik atau paling
minimal dengan doa. Insya Allah inipun menjadi ladang pahal yang tak
terhingga.
Atau,
bisa juga dengan mengopinikan perjuangan di Syuriah dengan opini yang
benar, agar makar-makar musuh Islam melalui propaganda hitam mereka
bisa tersingkirkan. Sekarang era teknologi informasi, sangat penting
untuk menyajikan berita dan informasi yang berimbang untuk
mengalahkan opini sesat di media. Ini sangat mungkin diperankan para
muslimah dari berbagai lapisan dunia dan lapisan profesi. Mari kita
dukung pejuang Syuriah.(*)
Penggiat
Aliansi Penulis Prosyariah (AlPen ProSa).
No comments:
Post a Comment