Andakah Jodoh Mereka?


Oleh Asri Supatmiati

Mudik selalu membawa cerita unik. Kali ini tentang teman-teman sekolah SD. Ada dua sahabat perempuanku yang di usianya sekarang, 36 tahun, ternyata masih jomblo. Satunya, sebut saja Siti yang berprofesi sebagai guru. Dia terlahir kembar. Nah, kembarannya yang juga perempuan sudah menikah dan punya anak.
Dibanding kembarannya yang memang tidak identik, secara fisik Siti lebih putih, langsing dan menarik. Semua orang kampung tahu itu. Tapi, inilah rahasia jodoh. Cantik, langsing, putih dan menarik bukan jaminan enteng jodoh. Wajah Siti tidak jelek untuk ukuran perawan kampung. Tapi, ternyata hingga kini masih jomblo.
Nah, rumah Siti tak jauh dari rumahku, kira-kira berjarak 50 meter. Jadi, aku tahu persis dia masih sendiri. Kepadanya, aku tidak berani bertanya kapan menikah, karena khawatir itu menyinggung perasaannya. Sensitiflah pertanyaan itu untuk perempuan lajang. Jadi, aku cuma basa-basi, tidak saling membahas soal kerumahtanggaan, topik khas ibu-ibu. Tentu saja, tidak banyak yang bisa kami obrolkan kecuali nostalgia, karena topik paling gayeng bila bertemu sesama teman perempuan, apalagi kalau bukan soal anak-anak dan keluarga.
Nah, teman satu lagi namanya sebut saja Aty. Rumahnya beda RW dengan rumah orangtuaku. Lama tak jumpa, aku sama sekali tak tahu kalau dia juga belum menikah. Waktu jalan-jalan ke pasar, aku bertemu dia yang sedang duduk bersama adiknya menjagi dagangan. Setelah basa-basi, terlontarlah dari mulutku, pertanyaan: “berapa anakmu?”
Untungnya, Aty itu periang, murah senyum dan rame orangnya. Jadi, dia menanggapi dengan candaan saja. Dari situ aku tahu dia belum menikah. “Terima lowongan nih,” katanya dengan bahasa Jawa.
Tak hanya di kampung,teman jombloku di kota tempat tinggalku juga ada. Ada yang profesinya guru, ada yang humas sebuah perusahaan bonafit, ada yang fokus menjadi daiyah. Semuanya berusia di atas 30 tahun, bahkan mendekati 40 tahun. Akupun hanya bisa mendoakan, semoga kawanku yang jomblo-jomblo itu segera mendapatkan jodohnya.
Lain jomblo, lain pula janda. Ya, ada satu teman perempuanku lagi yang di usia 36 tahun sudah ditinggal pergi suaminya. Sebut saja dia Tia. Wajahnya tampak lebih tua dari usianya. Aku saja sampai pangling. Suami Tia meninggal dunia setelah menenggak minuman keras oplosan. Kini, dia menghidupi diri dengan menjaga toilet pasar.
Selain Tia, aku juga punya beberapa teman janda yang hidup tanpa suami di kota tempat tinggalku kini. Ada Ely yang menjanda tanpa anak karena suaminya meninggal dunia karena penyakit. Lalu Wina yang menjanda dengan satu anak, juga karena suami sakit keras dan meninggal dunia. Kemudian Triana yang menjanda dengan satu anak lelaki, setelah dicerai suaminya yang menikah lagi. Ada lagi Lisa yang menjanda dengan empat anak-anak, setelah suami tercinta meninggal karena sakit. Terakhir Rara yang ditinggal suaminya meninggal, sementara ia harus menghidupi lima anak-anaknya.
Mereka semua, tampaknya bukan orang yang beruntung dalam soal kehidupan rumah tangga. Fakta ini membuatku bercermin. Setidaknya, dibanding teman-temanku tadi, aku merasa beruntung. Di usia 36 kini, anakku sudah berusia 10 tahun, 4 tahun dan 2 tahun. Aku menikah sesuai target, usia 25 tahun. Ini bukan bentuk kesombongan, tapi rasa syukur. Suer!!!
Dan, aku menulis “kisah” teman-temanku itu, juga bukan untuk “menyukurkan” (meledek, red) nasib mereka. Aku justru terpikir, bila aku mampu, bagaimana cara “membantu” mereka, dalam arti agar mereka segera menemukan jodohnya (kembali).
Aku yakin, baik yang jomblo maupun yang janda, di lubuk hati kecilnya yang paling dalam, sangat mendambakan hidup berumah tangga. Membangun keluarga lengkap: ayah-ibu dan anak-anak. Membangun rumah impian mereka. Memandu tumbuh kembang para buah hati tercinta.
Lantas, dimanakah jodoh mereka? Adakah di antara kalian, wahai para pemuda lajang atau para suami yang berniat berpoligami, satu di antara jodoh mereka? Adakah di antara kalian yang tergerak mewujudkan mimpi-mimpi mereka berumah tangga?

Ponakan Ervin Faurizal akhirnya menikah juga dengan jodohnya. Semoga langgeng. (Foto by Somone. Location: Brebes).

No comments: