Keteguhan Istri Ditinggal Suami



Siyono digelandang Densus 88 dalam keadaan hidup, lalu dipulangkan dalam keadaan tak bernyawa. Tiba-tiba saja Suratmi, istrinya, harus menanggung hidup 5 anak-anaknya. Maka, dua gepok uang bernilai Rp200 juta jelas sangat menggoda iman.

Namun Suratmi sedikitpun tidak tergiur. Ia adalah sosok istri keluarga Islam yang teguh dan loyal terhadap Allah SWT. Berbekal istikharah, ia menolak mentah-mentah segala bujuk rayu agar meneken surat pernyataan berisi: menerima kondisi jenazah suami; tidak akan melakukan penuntutan pada Densus 88, tidak akan mengautopsi jenazah suami, dan mnerima uang kerahiman.

Ia lebih memilih tetap mencari keadilan atas kematian suaminya. Bahkan, sekalipun intimidasi dan ancaman bertubi-tubi, tak menyurutkan langkahnya. Saat tersiar rumors ia akan diusir dari kampungnya, Suratmi berkata tegas “Bumi Allah itu luas. Saya siap tinggal di manapun.”


Sungguh, berat nian ujian bagi Suratmi. Kita pun bisa mengambil pelajaran darinya, bagaimana menghadapi ujian jika pasangan tiba-tiba tidak lagi bisa bersama kita. Banyak penyebabnya. Mungkin seperti seperti kasus Siyono, mungkin karena kecelakaan, ancaman dalam dakwah atau bisa juga karena perceraian. Istri salehah harus siap menghadapinya. Apa yang seharusnya dilakukan?

1. Tegar menghadapi kenyataan

Tak ada seorangpun yang ingin berpisah dengan pasangan dalam waktu singkat. Pasti semua ingin menikah dan hidup bersama hingga tua dan ajal menjemput. Namun jika sudah tiba waktunya maut memisahkan, harus menerima kenyataan. Pukulan di awal pasti ada, tapi segera bangkit dan sadar bahwa pasangan juga milik hakiki Sang Pencipta.

2. Tidak takut mencari keadilan

Tidak takut pada manusia, seperti apapun bentuk ancaman dan intimidasi yang mereka lakukan. Kita berhak mencari keadilan di dunia. Walaupun kita yakin, hanya Allah SWT seadil-adilnya hakim. Allah SWT tidak akan abai mengadili para pelaku kezaliman di akhirat kelak.

3. Memprioritaskan Integritas

Kehormatan, harga diri dan integritas sebagai seorang muslimah harus tetap dipertahankan. Tidak menyerah pada keadaan. Tidak mudah terbujuk rayu dengan iming-iming materi, karena materi tidak bisa menggantikan keadilan. Tetap yakin bahwa Allah SWT adalan sebaik-baik penjamin rezeki. Rejeki sudah diatur oleh Allah, tidak perlu risau memikirkannya, kita hanya perlu ikhtiar menjemput rezeki yang halal."

4. Loyal terhadap suami dan keluarganya

Tetap menjaga nama baik suami dan membela perjuangannya. Menjaga kesucian perjuangannya tanpa kompromi. Untuk itu, perlu dukungan dari keluarga besar suami. Itulah pentingnya selalu berkomunikasi dengan keluarga suami. Ini agar mereka turut memahami keadaan dan mendukung, baik moral maupun material. Terutama terhadap anak-anak yang ditinggalkan.


5. Menguatkan mental anak-anak

Anak-anak butuh figur kuat saat ditinggal ayahnya. Ibunyalah yang berperan penting membesarkan hatinya, Meneguhkan ketabahannya. Mengembalikan mentalnya agar tidak down. Ibulah yang menjelaskan itu semua dengan kata-kata positif dan membangun. Meyakinkan bahwa Allah SWT tidak salah dalam memberi ujian pada hamba-Nya. Pasti bisa dipikul bersama dengan kekuatan iman dan kebersamaan.(*)

Kholda Naajiyah
Rubrik Keluarga Media Umat Edisi 172 

No comments: