Keluarga Ideologis Gemar Bersedekah



Sedekah adalah perintah Allah SWT yang banyak keutamaannya. Sudah selayaknya keluarga muslim gemar bersedekah. Namun di zaman saat peradaban didominasi oleh ideologi sekuler saat ini, tampaknya bersedekah pun perlu strategi. Pasalnya, ada yang memanfaatkan kedermawanan umat Islam untuk menyuburkan pengemis. Maka, anjuran untuk tidak memberi pada pengemis jalanan ada benarnya.

Selain itu, ada juga yang meminta sumbangan untuk memperkaya diri. Bahkan untuk kegiatan misionaris, jika umat muslim tidak kritis mempertanyakan peruntukannya. Meski sedekah memang tidak perlu diungkit-ungkit demi menjaga keikhlasannya, ada baiknya kita tahu benar ke mana sedekah itu disalurkan, bukan?

Yang jelas, prinsip sedekah adalah memberikan sebagian harta kita pada mereka yang membutuhkan. Jika memberi pada orang yang mampu, itu namanya hadiah. Tetapi, sedekah atau hadiah, dengan niat menyalurkan sebagian rezeki kita, dua-duanya dianjurkan. Nah, orang-orang di sekitar kita inilah yang bisa dijadikan prioritas dalam menyalurkan sebagian harta kita:


1. Kerabat terdekat

Jika ada saudara dekat yang kekurangan, merekalah prioritas sedekah. Termasuk kerabat di kampung halaman yang mungkin serba kekurangan. Tanpa menunggu diminta, tidak ada salahnya rutin mengirimkan sebagian rezeki untuk mereka. Jika mereka bukan orang miskin pun, tetap baik menjalin silaturahim dengan menghadiahi sebagian rezeki tersebut.

2. Tetangga terdekat.

Tetangga adalah “kerabat” terdekat kita. Mereka layak mendapat sedekah, jika kita tahu mereka sedang kesulitan. Bahkan jika tidak meminta bantuan pun, memberi hadiah tetangga sama indahnya dengan bersedekah.

3. Pekerja rumahan atau orang-orang yang berjasa pada keluarga.

Bagi keluarga yang memiliki pembantu rumah tangga, baby sitter, tukang kebun atau sopir, mereka juga sasaran untuk bersedekah. Penghasilan mereka kadang tidak cukup untuk biaya hidup. Kerap kita temukan, mereka memohon utang karena terdesak kebutuhan. Sekali-kali baik jika kita membebaskan mereka dari utang. Itu juga bernilai sedekah, bukan? Termasuk pada pihak-pihak yang berjasa dalam keluarga, seperti sopir jemputan anak sekolah, guru ngaji atau guru privat anak-anak, dll. Kalau mereka bukan golongan miskin pun, berarti kita telah memberi hadiah.

4. Orang cacat dan anak yatim

Ada pengemis di jalanan yang terkategori cacat fisik, yang sama sekali tidak mampu berkarya. Mereka bisa menjadi sasaran sedekah dibanding pemuda pengamen yang masih gagah. Apalagi anak punk yang kerjaannya memaksa, menakut-nakuti penumpang angkutan umum. Demikian pula berdonasi untuk anak yatim, sangat dianjurkan.

5. Infak untuk dakwah

Dakwah, khususnya untuk menegakkan sistem Khilafah Islamiyah juga membutuhkan biaya tidak sedikit. Infak di jalan ini bahkan akan menyelesaikan seluruh persoalan peminta-minta, kelak jika sistem telah berhasil ditegakkan. Maka sungguh pahala besar jika kita mampu berkontribusi terbaik bagi jalan dakwah fi sabilillah.

6. Wakaf pembangunan

Bagaimana dengan para peminta-minta sumbangan untuk pembangunan masjid atau madrasah? Mereka beroperasi di jalan menggunakan jaring-jaring maupun door to door dari rumah ke rumah. Banyak yang menganjurkan agar tidak memberi, karena tidak percaya mereka amanah. Apalagi, mereka terlihat menjadi peminta sumbangan abadi. Buktinya, bertahun-tahun rutin mengetuk pintu rumah dengan penampilan dan proposal yang sama.
Agar tidak muncul su'udzon atau fitnah, langsung saja tanyakan kebenarannya pada yang bersangkutan. Jika tidak mau menyumbang tidak masalah. Lebih baik menyumbang pada pembangunan masjid atau madrasah dekat rumah yang tampak nyata di depan mata.
Yang celaka itu adalah jika kita terus menerus memupuk rasa curiga pada peminta-minta sumbangan, sementara memberi juga tidak. Alangkah baiknya jika tetap berhusnuzon, disebabkan hampir semua pembangunan fasilitas umat saat ini masih banyak yang mengandalkan swadaya masyarakat. Tetapi yang terpenting, kemanapun dan kepada siapapun, infak dan sedekah harus ikhlas dan benar. Wallahu'alam.(kholda)


No comments: