Oleh Kholda Naajiyah
Adalah fakta bahwa saat
ini semua harga kebutuhan pokok meroket. Uang semakin tidak berdaya.
Bapak-bapak memutar otak, bagaimana meningkatkan pendapatan. Ibu-ibu
pening, bagaimana cara menyiasati uang belanja agar cukup untuk
memenuhi seluruh kebutuhan keluarga. Ya, dua anggaran yakni
pendapatan dan pengeluaran inilah yang harus kembali diatur dengan
teliti. Berikut di antara tips yang bisa dicoba:
Menambah Pos
Pendapatan
Menghadapi situasi
inflasi, mau tidak mau, harus ada upaya untuk menaikkan pendapatan.
Terutama di pundak suami. Bagi yang menjadi karyawan, tentunya
mengharapkan kenaikan gaji saja tidak seberapa. Di sinilah diperlukan
peningkatan produktivitas dengan menyediakan waktu dan tenaga lebih
untuk mencari pendapatan tambahan. Mungkin merintis bisnis,
menawarkan jasa berkat keterampilan yang dia miliki, menulis, dsb.
Bagaimana dengan istri
yang bekerja? Ya, belakangan ini banyak sekali keluarga pengemban
dakwah dimana suami-istri sama-sama bekerja. Hal ini tak lepas dari
sulitnya hidup di era sekuler, dimana suami sulit bekerja di sektor
yang halal tapi berpenghasilan besar. Akibatnya istri ikut membantu
suami. Seperti menjadi guru, karyawan, hingga berjualan berbagai
produk.
Terlebih mereka yang
memiliki hobi dan kemudian bisa dikembangkan jadi sumber pendapatan
sampingan. Seperti pandai memasak atau membuat kue, menjahit, membuat
kerajinan tangan, dsb. Tak mengapa asal tidak sampai melalaikan tugas
utama para istri. Meski praktiknya sulit, tapi dengan kerjasama dan
saling pengertian antara suami-istri akan ada jalan tengahnya. Siapa
tahu pintu rezeki itu memang datangnya dari pihak istri. Tapi, istri
sifatnya hanya membantu. Jangan pula suami terlena dan keenakan
karena sudah dibantu istri lantas tidak lebih giat mencari nafkah.
Atau malah sebaliknya, istri yang keenakan dan kebablasan saking
giatnya bekerja.
Mengeram Pos
Pengeluaran
Hati-hati,
mengeluarkan uang jauh lebih mudah dibanding mendapatkannya. Tentu
saja utamakan untuk kebutuhan pokok yang tidak bisa ditunda
pemenuhannya. Catat ketika belanja. Belanjalah dengan uang cash. Jika
butuh barang sedikit, hindari swalayan atau supermarket karena pasti
melirik-lirik barang yang sebetulnya tidak dibutuhkan saat itu.
Bersabarlah
terhadap keinginan-keinganan yang bisa ditunda. Termasuk rengekan
anak akan jananan atau mainan. Juga rengekan hati untuk wisata
kuliner, window shopping
(lihat-lihat), jajan, dll. Biasakan membawa bekal dari rumah sehingga
tidak tergoda jajan.
Mencatat Semua
Transaksi
Hal
pertama yang harus dilakukan adalah mencatat semua transaksi baik
pemasukan maupun pengeluaran. Kadang, kesibukan mengurus rumah
membuat kaum ibu tak sempat mencatat belanja hariannya. Padahal ini
penting sebagai alat kendali ke mana saja uang sudah mengalir.
Nah,
ada dua pos pengeluaran, yakni untuk belanja yang sifatnya duniawi
dan akhirat. Biasanya belanja yang sifatnya untuk kepentingan
akhirat, seperti infak, sedekah atau wakaf tidak ikut dicatat dengan
alasan takut tidak ikhlas. “Sedekah kok diingat-ingat”. Padahal
boleh saja, karena bisa menjadi bahan pembanding, betapa konsumsi
kita untuk akhirat belum sebesar untuk kebutuhan dunia. Siapa tahu
bulan berikutnya kita bisa lebih meningkatkannya.
Lebih Sederhana
Bisa
jadi, dengan terpaksa kita harus sedikit menurunkan kualitas hidup.
Belanja kebutuhan yang semula masuk grade A mampu, sekarang cukup
grade B. Yang penting kebutuhan itu tetap bisa dipenuhi, walau lebih
sederhana dibanding sebelumnya. Lebih bersahaja dan tidak memaksakan
diri untuk menggapai yang tidak lagi terbeli. Apalagi jika produk itu
tidak terlalu urgent, jangan mempertahankan gengsi hingga bertahan
harus membeli merek tertentu yang mungkin harganya sudah tak lagi
ramah di kantong.
Swasembada
Kebutuhan
Banyak
kebutuhan rumah yang bisa disuplai sendiri jika memungkinkan. Hal ini
juga bisa menghemat pengeluaran. Misal, jika punya sedikit pekarangan
rumah, tanamlah cabe, tomat, pepaya, jambu batu dan sejenisnya.
Demikian pula, jika membetulkan sepatu yang rusak bisa dengan
dilem sendiri, tak perlu ke tukang sol. Mempermak baju yang sobek,
bisa dijahit sendiri. Menyervis alat elektronik, mainan anak,
perbaikan kran rusak dan perabotan lainnya, jika bisa dilakukan
sendiri tak perlu keluar biaya, bukan? Tapi, juga terlalu jangan
pelit, karena prinsip hidup seorang muslim adalah tidak berlebihan
tetapi juga tidak keterlaluan. "Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula)
kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.”3 [TQS. Al Furqaan (25) ayat 67].(kholda)