Indonesia Kiblat Fesyen Muslim Dunia



Oleh Asri Supatmiati, S.Si
Jurnalis, Penulis Buku-buku Islam

Indonesia dinobatkan menjadi kiblat fesyen muslim dunia 2020. Penghargaan tersebut diberikan oleh International Fair of Muslim World yang diselenggarakan oleh Union Des Mussulmans de France (Perkumpulan Masyarakat Muslim Perancis). Sebagai bentuk apresiasi, Indonesia dipercaya untuk memamerkan sejumlah pakaian muslim dari 13 desainer di Le Bourget Exhibition Center, Paris pada 17-19 Desember mendatang (Republika.co.id, 8/9/11)
Berita ini tentu menggembirakan sekaligus membanggakan. Sudah sewajarnya jika negeri berpenduduk muslim terbesar dunia ini menjadi kiblat dunia Islam. Sudah saatnya pula busana muslim mendunia. Ini sekaligus membuktikan bahwa Islam bukan hanya Arab, Timur Tengah atau Palestina. Kita berharap, para desainer mampu menunjukkan pada dunia bahwa fesyen Muslim bukanlah karya terbelakang, bahkan sangat modern dan trendy.

EKSISTENSI JILBAB
Dunia mode sejak lama berkiblat di Paris. Karya desainer di sana selalu menjadi trend setter global. Panggung cat walk Paris adalah impian semua desainer. Peluang Indonesia untuk tampil perdana di pusat mode Paris itu pun disambut antusias. Telah terpilih 13 desainer yang akan memamerkan masing-masing 10 koleksi baju Muslim. Mereka adalah Irna Mutiara, Dian Pelangi, Nuniek Mawardi, Monika Jufry, Anne Rufaidah, Hannie Hananto, Jenny Tjahyawati, Najua Yanti, Malik Moestaram, Nieta Hidayani, Merry Pramono, Boyonz Ilyas, dan Amy Atmanto.
Ketigabelas desainer tersebut akan memamerkan busana Muslim namun tetap mengusung budaya Indonesia. Mungkinkah mengeksplore batik atau kain etnik berbagai suku di Indonesia yang sangat eksotis? Entahlah, itu masih rahasia. Kita tunggu saja tanggal mainnya.
Yang pasti, umat Muslim menaruh harapan besar agar para desainer menyajikan karya-karya terbaiknya, guna memperkuat citra Islam sebagai agama damai yang tak lekang oleh zaman. Karya yang mampu mengubah opini dunia, bahwa perintah Islam untuk mengenakan pakaian takwa, bukanlah untuk mengekang aktivitas manusia, sebagaimana Barat memandang. Melainkan menjadi identitas dan ikon kehormatan diri.
Semoga karya yang diperagakan di panggung dunia itu merupakan desain yang mampu merobohkan pandangan bahwa jilbab dan kerudung adalah simbol ketertindasan pada perempuan. Juga, meluruskan penilaian bahwa berjilbab bukanlah teroris yang membahayakan eksistensi masyarakat sekitar.
Dengan begitu, busana Muslim, khususnya jilbab, diterima dunia. Tidak seperti sekarang, jilbab justru dilarang dimana-mana. Terutama di Barat, belakangan gerakan anti-jilbab semakin menguat. Bahkan, sudah menjadi aturan baku dalam undang-undang negara. Seperti di Turki, Belanda, Nigeria, Kosovo dan Amerika Serikat.
Bahkan Perancis sendiri, pada 2004 mengeluarkan UU anti-jilbab bagi pelajar dan mahasiswi di sekolah dan kampus. Alasannya, untuk menjaga kesekuleran negara Perancis. Kini, jika busana Muslim, khususnya busana Muslimah telah “diakui” dunia, maka tidak ada alasan lagi untuk melarang mengenakannya di manapun di bumi Allah ini.

BUSANA DAN PANDANGAN HIDUP
Busana bukan sekadar identitas kepribadian, sebagaimana kebanyakan penilaian orang. Busana sangat dipengaruhi pandangan hidup seseorang. Seorang Muslim akan mengenakan busana berpedoman pada ideologi Islam. Ketika Islam memerintahkan menutup aurat, maka itu yang dilakukan. Desain busananya pun longgar, menyembunyikan bentuk tubuh, tidak transparan atau ketat. Tak peduli dengan cuaca panas atau dingin, tak peduli musim, apakah summer atau winter. Busana universal yang wajib dikenakan sebagai bukti ketundukan seorang hamba.
Sangat berseberengan dengan mainstream fashion dunia ala Paris yang berpedoman pada ideologi sekuler. Dalam pandangan ini, busana harus pas badan, menonjolkan keindahan tubuh, mempercantik pemakainya dan menutupi bagian-bagian tubuh yang dianggap sebagai kekurangan. Tak peduli bahannya transparan, serba ketat, serba “kurang bahan” atau bahkan menggunakan bahan-bahan “aneh”, seperti busana dari daun atau daging. Bagi mereka, busana adalah simbol kepribadian. Busana mahal dan bermerek, yang mampu menambah kecantikan dan percaya diri pemakainya, itulah yang terbaik.

MENGGESER PARIS
Busana Muslim, khususnya jilbab dianggap ikon kebangkitan Islam. Makin banyak perempuan Muslim dunia tertarik mengenakannya. Dunia fashion mau tak mau harus mengakuinya sebagai bagian dari adikarya fenomenal. Penerimaan dunia atas busana “desain” abadi Allah SWT ini adalah suatu keniscayaan. Dunia tak akan mampu membendungnya.
Tentu, ini merupakan berkah bagi para desainer busana Muslim. Di tangan merekalah masa depan trend busana dipertaruhkan. Terlebih sudah banyak pengamat dan analisa politis yang menyebut-nyebut masa depan adalah milik Islam. Sudah diramalkan bahwa keruntuhan sekulerisme dan berganti dengan Islam tinggal menunggu waktu.
Seperti National Intelelligence Council's (NIC). Desember 2004 lalu, NIC merilis laporan berjudul Mapping The Global Future. Salah satu point penting laporan itu, berisi tentang gambaran nasib umat Islam di tahun 2020. Diprediksi, ada empat skenario besar dunia tahun 2020, dimana salah satunya adalah munculnya a new chaliphate atau berdirinya kembali khilafah Islam; sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global. Agaknya, pentahbisan Indonesia sebagai kiblat fesyen busana Muslim sejalan dengan “ramalan” ini.
Bukan tidak mungkin, 20 tahun ke depan Jakarta akan menggeser Paris soal trend setter busana, seiring dengan lengsernya gaya hidup hedonis. Busana pamer aurat akan berganti dengan baju Muslim serba sopan.
Karena itu, inilah moment yang sangat tepat bagi para desainer busana Muslim untuk unjuk gigi, memperkenalkan trend busana masa depan sesungguhnya. Khususnya busana muslimah, para desainer hendaknya menciptakan model yang benar-benar memenuhi kaidah-kaidah Islam, yakni menutup aurat dan tidak mengeksploitasi kecantikan.
Ingat, para desainer ini membawa misi mulia, yakni mendakwahkan busana Islami. Jadi, keikutsertaan di panggung cat walk Paris bukan sekadar gagah-gagahan bahwa desainer busana Muslim Indonesia mampu menembus pusat mode dunia. Memang bukan pekerjaan mudah untuk meyakinkan dunia dengan karya busana yang benar-benar islami, tapi itulah yang seharusnya dilakukan.(*)

Jilbab alias gamis plus khimar syar'i yang alhamdulillah kini jadi trend dan dipakai banyak muslimah. (Foto by Abyan (6th). Location: Institut Pertanian Bogor)

No comments: